Perang Masih Memanas, Ini Kata Pengamat Soal Perang Rusia-Ukraina

4 Maret 2022 21:57 WIB
Orang-orang melihat sisa-sisa kendaraan militer Rusia yang hancur di jalan di kota Bucha, dekat ibu kota Kiev, Ukraina, Selasa (1/3/2022). (AP PHOTO/SERHII NUZHNENKO)
Orang-orang melihat sisa-sisa kendaraan militer Rusia yang hancur di jalan di kota Bucha, dekat ibu kota Kiev, Ukraina, Selasa (1/3/2022). (AP PHOTO/SERHII NUZHNENKO) ( )

Palembang, Sonora.ID – (02/03/2022) Adrian SH MH P.Hd, Dosen FH Unsri, Fak.Hukum Internasional mengatakan penyebab pecahnya perang antara Rusia dan Ukraina beberapa waktu yang lalu.

Hal ini bermula dari tahun 2014, beberapa wilayah Ukraina terutama di Selatan di invasi oleh Rusia dan menjadi wilayah merdeka dari Ukraina.

Disinilah akhirnya dua daerah di Ukraina yaitu Donetsk dan Luhansk diwilayah timur Ukraina melakukan pemberontakan dan mencoba membebaskan diri dari Ukraina.

Sejak 2014 ada perjanjian tapi sampai sekarang banyak pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh pemberontak di Donetsk dan Luhansk yang mengakibatkan Presiden Ukraina Zelensky ingin melakukan invasi terhadap dua wilayah tersebut.

Namun seperti diketahui dua wilayah itu banyak orang-orang Rusia dan Rusia menganggap tindakan militer Ukraina adalah sebuah ancaman terhadap Rusia sehingga Presiden Rusia Vladimir Putin mendeklarasikan perang terhadap Ukraina dan melakukan invasi ke Ukraina.

Baca Juga: Rusia Invasi Ukraina, Apa Kabar Klub Sepak Bola Shaktar Donetsk?

“ Perang ini bukan hanya memperebutkan dua wilayah saja, tetapi ada kepentingan politik yang lebih besar lagi. Ukraina lebih cenderung ke wilayah barat seperti Amerika dan sekutunya,” ujarnya.

Perundingan yang telah dilakukan nampaknya sulit menemui kata sepak karena ada beberapa perbedaan kepentingan yang besar.

Rusia menginginkan Ukraina menjadi wilayah yang bebas dari campur tangan Amerika dan sekutunya, sementara Ukraina ingin menguasai dua wilayah Donetsk dan Luhansk.

“ Perbedaan kepentingannya sangat besar, sulit mempertemukan Negara Rusia dan wilayah barat yang digawangi Amerika,” tukasnya.

Indonesia dalam posisi netral tidak memihak salah satu pihak melalui G20 yang diketuai Presiden Jokowi diharapkan dapat aktif berdiplomasi untuk mendamaikan kedua Negara.

Presiden Jokowi dapat berdiplomasi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menghentikan invasi ke Ukrain sebab perang akan menimbulkan banyak korban terutama warga sipil.

Baca Juga: Ajak Ketemu Putin, Presiden Ukraina: Saya Gak Gigit, Takut Apa?

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm