Bahkan, pihaknya menyiapkan angkutan kepada warga yang ingin pindah ke tempat keluarganya, jika dua alternatif itu tidak diambil.
"Ada yang wajah lama ada juga wajah baru. Namun dari yang awalnya ada 12 orang penghuni, sekarang tinggal tersisa sekitar 4 orang saja. Karena yang lain sudah pindah ke lokasi lain," jelasnya.
"Dua alternatif itu sebenarnya sudah pernah kita tawarkan. Tapi alasan mereka jauh dari tempat bekerja di Pasar Lima. Makanya kembali lagi ke kolong jembatan," sambungnya.
Guna menghindari kembalinya warga tersebut, pihaknya pun lantas memagar kolong jembatan Antasari imi secara permanen.
"Kita juga minta bantuan Kelurahan dan Manajemen Hotel di samping jembatan untuk mengawasi agar tidak kembali lagi," harapnya.
Sementara itu, Camat Banjarmasin Tengah, Diyannor mengatakan, keberadaan rumah bedeng di kolong jembatan Antasari sudah terjadi sejak 3 tahun belakangan.
Mereka menurut Diyannor juga sudah beberapa kali dibina, agar mau pindah ke tempat yang lebih layak.
"Kita sebenarnya ingin memanusiakan manusia. Kalau seperti ini kawasannya juga tidak enak dilihat," ujarnya.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Naik Drastis, Ada Razia Prokes di Banjarmasin?
Ia berharap, eks lokasi rumah bedeng ini tidak hanya ditutup dengan teralis saja. Melainkan juga dengan beton.
"Dengan teralis masih bisa dipotong dan warga kembali lagi ke kolong jembatan. Semoga dana di SKPD memungkinkan untuk ditutup menggunakan beton," harapnya.
"Kita juga berkoordinasi dengan Satpol PP untuk bisa melakukan patroli. Setidaknya dua kali seminggu untuk memastikan tidak ada lagi aktivitas warga mendirikan tenda," tutupnya.
Disis lain. Siti Zaleha, Penghuni rumah bedeng mengaku, dirinya tidak mampu membayar uang sewa, sehingga pihaknya lebih memilih tinggal di kolong jembatan Antasari.
"Sudah tiga tahun tinggal disini, setelah suami meninggal. Sambil bekerja cari kardus bekas dan bawang untuk dijual buat makan," ucap wanita asal Basarang, Kalimantan Tengah itu.
"Belum tau kemana setelah ditertibkan ini. Mau cari uang dulu buat bayar sewa rumah. Saya hidup sebatang kara di Banjarmasin," tutup, wanita 50 tahun itu.
Baca Juga: Eks Cafe 'Berdarah', Dibeli Dibangun Rumdin Wali Kota Banjarmasin