Cegah Stunting, Bantuan Pangan Non Tunai Sasar Keluarga Risiko Tinggi

14 Maret 2022 16:10 WIB
Wakil Gubernur Kalbar, Ria Norsan (kiri) bersama Kepala BKKBN RI, Hasto Wardoyo (kanan) saat konferensi pers Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Stunting Indonesia (RAN PASTI), di Hotel Mercure, Pontianak, pada Senin (14/3).
Wakil Gubernur Kalbar, Ria Norsan (kiri) bersama Kepala BKKBN RI, Hasto Wardoyo (kanan) saat konferensi pers Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Stunting Indonesia (RAN PASTI), di Hotel Mercure, Pontianak, pada Senin (14/3). ( INDRI RIZKITA)

Pontianak, Sonora.ID - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI, Hasto Wardoyo, menyampaikan, akan lebih mempersempit sasaran untuk penerima bantuan pangan non tunai kepada keluarga yang berisiko tinggi melahirkan anak stunting.

Hasto mengatakan, di Kalimantan Barat, pasangan usia subur sangat berisiko terhadap stunting.

Oleh karena itu, bantuan pangan non tunai akan lebih menyasar kepada keluarga yang berisiko tinggi melahirkan anak stunting.

Hal ini disampaikannya saat sosialisasi Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Stunting Indonesia (RAN PASTI), di Hotel Mercure, Pontianak, pada Senin (14/3).

“Data yang dibawa adalah data keluarga berisiko tinggi melahirkan anak stunting by name by address terdiri dari pasangan usia subur yang kalau hamil berisiko stunting. Oleh karena itu, menyikapi harga minyak goreng yang naik dan seterusnya, bantuan pangan non tunai harus kita kerucutkan kita pertajam lagi sasarannya lebih ke arah mereka yang punya risiko tinggi melahirkan anak stunting. Jadi bantuan pangan non tunai kita ke keluarga yang berisiko tinggi melahirkan anak stunting,” jelasnya.

Kemudian cara lain menurutnya adalah dengan memeriksakan kesehatan pasangan yang akan menikah 3 bulan sebelum menikah.

Baca Juga: Cegah Stunting dari Hulu, BKKBN Riau Siap Dukung Program Pemeriksaan dan Pendampingan Pasangan Pra-nikah di Provinsi Riau

“Di Kalbar kurang lebih yang melahirkan setahun bisa 60 ribu dari 5,4 juta. Yang nikah bisa 30 ribu dalam setahun. Dari yang nikah 30 ribu itu yang hamil 80 persen, jadi sekitar 24 ribu hamil dari pasangan baru. Sedangkan pasangan yang memiliki anemia 37 persen. Jadi kalau kita bisa mencegah di hulu dengan cara yang mau nikah itu diperiksa dulu HBnya 3 bulan sebelum nikah,” katanya.

Sementara itu, Wakil Gubernur Kalimantan Barat, Ria Norsan mengungkapkan, angka stunting di Kalimantan Barat berada di angka 29,8 persen.

“Stunting Kalimantan Barat sekarang berada di angka 29,8 persen ini sangat tinggi sekali jika dibandingkan dengan angka nasional. Kita masih ada waktu dua tahun untuk mengejar target di tahun 2024 menjadi 14 persen. Dalam waktu dua tahun kami akan berupaya semaksimal mungkin,” ucapnya.

Terkait dengan tim percepatan penurunan angka stunting, Norsan menyampaikan surat keputusan (SK) sedang dalam proses.

“SK sedang dalam proses. Insya Allah dalam waktu dekat ini selesai semua. Kita akan membentuk tim percepatan penurunan stunting di kabupaten kota se-Kalbar,” terang Norsan.

Baca Juga: Inilah Strategi Pemprov dan BKKBN Jabar untuk Cegah Stunting

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm