Perilaku flexing dapat muncul karena ekspektasi yang tidak sesuai dengan realita pengaruh lingkungan, ketakutan akan penolakan, kebutuhan yang tinggi akan eksistensi diri, dan faktor kepribadian.
Tujuannya adalah untuk membangun citra atau personal branding yang menunjukkan status sosial, kemampuan, eksistensi diri.
Kembali ke penjelasan awal, selama yang dipamerkan adalah milik pribadi dan hasil pencapaian diri ya, wajar-wajar saja.
Tapi kalau terlalu dipaksakan dengan menghalalkan segala macam cara seperti berbohong hingga berutang justru bakal jadi berbahaya untuk diri sendiri.
Apalagi di era kemajuan teknologi saat ini, fasilitas utang muncul dengan berbagai model. Mulai dari kartu kredit, pay later, hingga pinjaman online (pinjol).
Susah dapat teman yang tulus
Menurut studi, orang yang terbiasa flexing malah cenderung sulit mendapatkan teman baru karena alasan tertentu, misalnya karena kelas sosialnya berbeda dan sebagainya.
Ketika merasa status sosialnya sudah naik, seseorang cendrung akan berteman dengan orang yang sekelasnya.
Padahal belum tentu, mereka yang dianggap sepadan dengan status sosialnya adalah teman yang tulus dan sehat.
Biasanya sesama “tukang pamer” hanya akan saling berlomba untuk menunjukkan siapa yang lebih kaya.