Pontianak, Sonora.ID - Kenaikan harga jual minyak goreng dinilai tidak berdampak besar pada inflasi di Kalimantan Barat.
Pendapat tersebut disampaikan oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat, Agus Chusaini, Senin (21/3).
“Terkait inflasi memang kita lihat bahan pokok ada kenaikan. Minyak goreng selama ini tidak berdampak besar walaupun naik turun, karena minyak goreng ini sudah lama naiknya dari akhir tahun sehingga gejolak pengaruhnya tidak terlalu besar. Jadi jangan kaget kalau inflasinya tidak gede karena pengaruhnya memang tidak besar,” ucap Agus.
Diakuinya, tidak hanya minyak goreng yang mengalami kenaikan harga, namun beberapa komoditas juga mengalami kenaikan, seperti kedelai yang berakibat pada naiknya harga tahu dan tempe. Tidak hanya itu, untuk harga gas elpiji juga mengalami kenaikan.
Baca Juga: Temuan 10 Ton Minyak Goreng di Sukoharjo, Distributor Ngaku Dapat Kiriman setelah HET Dicabut
“Termasuk juga harga gas yang mulai naik. Efeknya mungkin terbawa sampai bulan ini sehingga ada kenaikan. Semoga kenaikannya tidak besar,” katanya.
Agus menjelaskan, berdasarkan hasil koordinasi bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), meski beberapa harga komoditas mengalami kenaikan, namun pihaknya berupaya agar stok setiap komoditas tersedia, sehingga tidak mengalami kelangkaan.
“Dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) kami sudah koordinasi. Memang kami berharap walaupun nanti harganya harus naik, tapi kami upayakan barangnya tersedia. Karena harga murah pun kalau tidak tersedia pasti jadi masalah. Kalau mahal sedikit tapi stoknya ada itu mungkin masyarakat bisa menerima. Tapi kami yakin setelah industri minyak goreng mulai berproduksi normal, saya yakin harganya akan turun,” terangnya.
Baca Juga: Tanggapi Saran Megawati Soal Minyak Goreng, Aksi Warganet ini Bikin Ngakak
Agus menilai, minyak goreng yang mengalami kenaikan harga dan sulit didapat mengakibatkan kepanikan terhadap masyarakat yang akhirnya membeli lebih dari kebutuhan harian.
“Karena selama ini kan setiap produksi langsung hilang karena masyarakat panic buying kemudian mereka beli banyak, karena susah mendapatkan minyak goreng. Dengan harga yang naik ini dan stoknya ada mudah-mudahan masyarakat tidak perlu menyimpan lebih dari biasanya, sehingga tekanan permintaannya juga tidak terlalu tinggi dan semoga produksinya sudah mulai naik sehingga bisa menurunkan harga minyak goreng,” harap Agus.
Meski begitu, pihaknya memprediksi di bulan april mendatang harga minyak goreng dan beberapa komoditas lainnya akan mengalami penurunan.