Atas hal itu, tentu kondisi Suzzane sangatlah tidak wajar layaknya ibu hamil lainnya.
Bahkan, Suzzane sempat berpikir untuk melakukan aborsi ketika rasa sakit di perutnya ini sudah tidak bisa ditahan lagi.
Kendati begitu, akhirnya Suzzane tetap mempertahankannya hingga ia melahirkan.
Baca Juga: 6 Keistimewaan Bayi yang Terlilit Tali Pusar, Wajah Menarik dan Banyak Rezeki
Proses lahiran yang dipilih oleh Suzzane ialah operasi sesar.
Saat proses melahirkannya itu, rupanya dokter dan staf rumah sakit menemukan bahwa uterus dan plasentanya robek, seperti tercabik-cabik.
Terlebih, dokter juga merasa heran dan sulit menjelaskan bagaimana cara sang bayi bisa bertahan tanpa air ketuban dalam jangka waktu yang lama.
Tidak hanya itu, dokter merasa heran dan tidak bisa menjelaskan bagaimana bayi bertahan hidup tanpa air ketuban dalam jangka waktu yang lama.
Melansir dari laman American Pregnancy, sebenarnya mendekati masa persalinan air ketuban akan berkurang.
Hal tersebut merupakan kondisi yang sehat alias normal. Kondisi berkurangnya cairan ketuban ini disebut dengan istilah oligohidramnion.
Volume cairan ketuban akan berkurang dari 500 ml pada usia kehamilan 32-36 minggu bahkan hingga bayi dilahirkan jumlahnya akan semakin berkurang.
Cairan ketuban merupakan bagian dari sistem pendukung kehidupan bayi yang berfungsi agar bayi bisa terlindungi.
Selain itu, cairan ketuban juga bisa membantunya dalam pengembangan otot, anggota badan, paru-paru, dan sistem pencernaan.
Umumnya cairan ketuban diproduksi segera setelah kantong ketuban (plasenta) terbentuk sekitar 12 hari setelah pembuahan.
Bila kondisinya seperti Suzzane maka bisa disebabkan karena beberapa faktor, seperti bayi cacat lahir, komplikasi ibu, atau plasenta robek.
Baca Juga: Program Bayi Tabung di Sulsel Makin Diminati, Ini Tips Suksesnya!