Menteri PPPA Bintang Puspayoga Apresiasi Perempuan Berani Bersuara

25 Maret 2022 12:40 WIB
Acara Pemberian Penghargaan Perempuan Berani Bersuara dan Launching Jingle “SAPA 129”, pada Rabu (23/3)
Acara Pemberian Penghargaan Perempuan Berani Bersuara dan Launching Jingle “SAPA 129”, pada Rabu (23/3) ( Radio Sonora Jakarta)



Jakarta, Sonora.ID – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga, memberikan apresiasi kepada para perempuan yang telah berani bersuara atas kekerasan yang menimpa mereka, keluarga terdekat mereka, maupun yang mereka temui di lingkungannya.

Menurut Menteri PPPA, dengan perempuan berani bersuara, maka dapat memutus rantai kekerasan terhadap perempuan dan anak yang hingga kini masih terjadi di Indonesia.

“Perempuan mempunyai peran penting dalam sebuah perubahan, agar perempuan bisa bebas dari bias, stereotype dan diskriminasi, sehingga perempuan mampu menciptakan kehidupan yang beragam, atau menghargai perbedaan. Namun, hal ini membutuhkan banyak perjuangan, karena data dan fakta menunjukkan bahwa perempuan dan anak masih mengalami diskriminasi, marginalisasi, dan bahkan kekerasan. Salah satu perjuangan yang dapat dilakukan, yaitu perempuan dapat menyuarakan kekerasan yang dialami atau ditemuinya,” ujar Menteri PPPA, pada acara Pemberian Penghargaan Perempuan Berani Bersuara dan Launching Jingle “SAPA 129”, pada Rabu (23/3) secara hybrid.

Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional (SPHPN) 2021, menunjukkan kekerasan fisik dan/atau seksual terhadap perempuan usia 15-64 tahun oleh pasangan dan selain pasangan, prevalensinya menurun 7,3% dalam kurun waktu 5 tahun. Namun, masih terjadi peningkatan prevalensi kekerasan seksual dalam setahun terakhir dari 4,7% pada tahun 2016 menjadi 5,2% pada tahun 2021.

Sedangkan, Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) 2021 menunjukkan bahwa prevalensi anak usia 13-17 tahun yang pernah mengalami satu jenis kekerasan atau lebih di sepanjang hidupnya menurun sebesar 21,7% bagi anak perempuan, dan 28,31% bagi anak laki-laki dalam kurun waktu 3 tahun. Kekerasan masih lebih banyak dialami oleh anak perempuan dibandingkan anak laki-laki.

Baca Juga: Menteri PPPA Sebut Masih Ada Diskriminasi Pekerja Perempuan di Industri Kelapa Sawit

“Untuk mewujudkan perlindungan dan pemenuhan hak perempuan dan anak, KemenPPPA tidak bisa bekerja sendiri. Kami membutuhkan dukungan dari semua pihak (penthahelix), mulai dari pemerintah di tingkat pusat dan daerah, akademisi, dunia usaha, hingga lembaga masyarakat yang dapat berperan untuk saling bersinergi dan berkolaborasi untuk mendukung pemenuhan hak dan perlindungan bagi perempuan dan anak,” ujar Menteri PPPA dalam keterangan tertulisnya.

Deputi Bidang Perlindungan Hak Perempuan, Ratna Susianawati mengatakan bahwa untuk mengurai berbagai permasalahan perempuan dan anak, dibutuhkan langkah – langkah yang konkrit, terarah, dan membutuhkan peran serta seluruh pihak, mulai dari pemerintah hingga kelompok masyarakat untuk bersama-sama memberikan perlindungan, kenyamanan, dan keamanan bagi perempuan dan anak.

“KemenPPPA telah melakukan berbagai upaya untuk mendukung pelaksanaan kebijakan pengarusutamaan gender (PUG) di setiap kegiatan dan memainstreamkannya pada kementerian/lembaga di pusat dan perangkat daerah di provinsi, hingga kabupaten/kota. Kemen PPPA juga telah mengkampanyekan “Dare to speak” yang sudah digaungkan sejak tahun 2021 hingga saat ini, untuk mendorong perempuan berani bersuara baik menyuarakan hak-haknya maupun menyuarakan perlindungan perempuan di lingkungannya,” ujar Ratna.

Pada kesempatan ini, KemenPPPA memberikan penghargaan kepada perempuan – perempuan yang telah berani bersuara, diantaranya yaitu, (1) Dara Ayu Nugroho Putri, yang telah berani bersuara melawan kekerasan seksual di lingkungan kampus dan memberikan edukasi untuk berani bersuara melawan kekerasan seksual melalui komunitas gender talk, (2) Badriah A Taleb, yang telah bangkit dan bersuara melawan kekerasan dalam rumah tangga, serta aktif sebagai ketua kelompok relawan perempuan “Bedah Besari” di Aceh yang menyuarakan  pencegahan kekerasan terhadap perempuan, (3) Niya Musa, yang telah melaporkan dan memperjuangkan keadilan bagi anaknya yang mengalami kekerasan seksual, dan (4) Mumu, yang juga telah melaporkan dan memperjuangkan keadilan bagi anaknya yang mengalami kekerasan seksual.

Pada acara yang sama, KemenPPPA juga melaunching jingle SAPA 129 sebagai bentuk kampanye dan salah satu upaya agar SAPA 129 dapat tersosialisasikan kepada masyarakat hingga ke seluruh pelosok Indonesia. Ratna berharap agar layanan SAPA 129 ini dapat dimanfaatkan oleh seluruh perempuan dan anak yang memerlukan penanganan secara cepat dan memberikan kemudahan serta rasa aman bagi korban.

SAPA 129, merupakan layanan Sahabat Perempuan dan Anak berupa Call Center 24 jam yang memberikan akses bagi seluruh rakyat Indonesia untuk melaporkan langsung kejadian kekerasan terhadap perempuan dan anak yang dialami maupun ditemui. Masyarakat dapat melaporkan kekerasan seksual melalui Call Center 129, dan WhatsApp 08111-129-129.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm