Kata Nyadran berasal dari Bahasa Sanskerta yaitu sraddha yang memiliki arti keyakinan.
Tradisi Nyadran dilaksanakan dengan mengunjungi makam orang-orang yang sudah meninggal, membersihkan makan dan menabur bunga.
Acara puncak dari tradisi nyadran ini yaitu mengadakan kenduri atau selamatan di makam leluhur.
Di beberapa daerah di Jawa, Nyadran juga dilaksanakan sebagai ajang menjalin silaturahmi bagi warga dengan berkumpul bersama.
Padusan juga merupakan tradisi warisan leluhur yang dilakukan secara turun-temurun oleh masyarakat Jawa.
Pada umumnya tradisi padusan ini dilakukan oleh masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Tradisi padusan memiliki tujuan untuk menyucikan jiwa dan raga dalam menyambut kedatangan bulan Ramadan.
Biasanya tradisi ini dilakukan dengan cara berendam atau mandi di sumber mata air atau di sumur-sumur.
Ritual ini memiliki makna yang cukup dalam yaitu sebagai sarana untuk kontemplasi diri dari berbagai kesalahan yang telah dilakukan.
Mengingat dalamnya makna dalam tradisi ini, maka seharusnya ritual ini dilakukan seorang diri di tempat yang sepi.
Selama bulan Ramadan masyarakat Indonesia juga memiliki berbagai macam kegiatan seru yang hanya dilakukan pada bulan Ramadan seperti ngabuburit, buka puasa bersama (bukber), sahur on the road dan mudik di akhir bulan Ramadan atau jelang hari raya Idul Fitri.