Pelukis yang terkenal dengan “Berburu Celeng” ini di masa pandemi berburu dengan waktu untuk melukiskan suasana hidup masyarakat yang tengah goyah, namun di kegoyahan itu masyarakat berusaha untuk terus melanjutkan hidup.
Hidup harus terus berjalan, dan waktu tidak akan pernah kembali. Djoko Pekik melukiskan situasi saat ini lewat goresan kanvasnya, tangan sang maestro memang tidak akan berhenti untuk melukis.
Pameran 25 karya kali ini akan disertai dengan peluncuran buku. Sebuah buku yang berjudul “Djokopekik Berburu Celeng”, berisi lukisan-lukisan Pekik. Di antara keluh kesah akan kehidupan setelah adanya pandemi Covid-19, Djoko Pekik tidak larut di suasana tersebut, seperti namanya “Pekik”, pameran kali ini merupakan pekik dari hati Djoko Pekik
Lukisan “Berburu Celeng” merupakan hasil renungan panjang Djoko Pekik, termasuk saat dirinya ditahan selama beberapa tahun akibat perubahan politik seputar tahun 1966. Lukisan tersebut merupakan salah satu dari trilogi lukisan Celeng karya Djoko Pekik yang monumental. Dua lukisan lain masing-masing “Susu Raja Celeng” (1996), serta “Tanpa Bunga dan Telegram Duka” (1999).
Adapun pameran ini dimaknai pula dengan peluncuran buku seni rupa yang berisi lukisan-lukisan Djoko Pekik yang telah disusun sejak tahun 2013, dengan judul “Berburu Celeng” diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama (GPU).
Baca Juga: Lima Daerah di Jatim Masuk PPKM Level Satu, Terbanyak Se Jawa-Bali