Makassar, Sonora.ID - Tim Penggerak PKK Sulsel bersama Dinas Kesehatan Sulsel melepas 240 orang tenaga pendamping gizi dan konselor dalam rangka program Aksi Stop Stunting. Mereka akan bertugas di desa-desa yang menjadi titik lokus penanganan stunting di Sulsel.
Ketua Tim Penggerak PKK Sulsel, Naoemi Octarina berharap, hadirnya tim pendamping gizi dapat menurunkan angka stunting secara signifikan di Sulsel. Apalagi hingga kini, beberapa daerah masih mencatatkan kasus stunting cukup tinggi.
"Tugas terberat adalah bagaimana mengubah paradigma dan mainset para orangtua, sehingga ilmu yang didapatkan bisa diimplementasikan dengan baik," kata Naoemi usai melepas tenaga pendamping gizi dan konselor stunting di Hotel Claro Makassar, Selasa (10/5/22).
Naoemi mengatakan, nantinya ada evaluasi yang dilakukan terhadap tenaga pendamping gizi. Penguatan dan monitoring akan melibatkan PKK tingkat kabupaten, kota hingga tingkat desa.
"Ketua PKK Kabupaten Kota, Kecamatan, Desa dan Kelurahan akan ikut memonitoring program ini. Kami minta agar ada contact center yang bisa dihubungi masyarakat, ketika menemukan kasus stunting," tutur Naoemi.
Baca Juga: Jalankan Program STBM Bersama WVI, Pemda Sekadau Turunkan Angka Stunting
Sementara, Plt Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, Bachtiar Baso menuturkan, pihaknya akan fokus pada 10 desa dengan angka stunting tertinggi. Diantaranya terdapat di Kabupaten Bone dan Enrekang.
Tenaga pendamping gizi ini pun langsung bergerak ke desa berkolaborasi dengan masyarakat setempat.
"Stunting harus jadi perhatian khusus karena dapat menghambat intelegensia anak, kecerdasan, dan produktifitas mereka. Stunting ini disebabkan rendahnya asupan gizi, belum optimalnya layanan kesehatan untuk ibu, hingga kurangnya akses air bersih dan sanitasi," terangnya.
Bachtiar menyebut, sebelumnya pada 2021, program Aksi Setop Stunting menyasar 155 desa di Kabupaten Enrekang dan Bone. Setelah angka stunting di dua kabupaten tersebut menurun, pihaknya kemudian memperluas cakupan program aksi stop stunting di 240 desa di 24 Kabupaten/Kota se Sulsel.
Lebih jauh Bachtiar menambahkan, angka stunting di Sulsel saat ini sudah berhasil ditekan.
Diketahui, 2019 lalu, kasus kekerdilan pada anak mencapai 30,5 persen. Sedangkan di 2022, angka stunting turun menjadi 27,4 persen. Angka tersebut nyaris mencapai target penurunan stunting nasional sebesar 24,4 persen.
Baca Juga: Bupati Karolin Minta Pihak Desa Adakan Program Bagi Ibu Hamil