Dalam spekulasinya, para peneliti berpendapat bahwa meskipun antibiotik hanya sementara dalam mempengaruhi mikrobioma, namun kumpulan mikroba dalam tubuh memiliki kemungkinan terhadap konsekuensi kesehatan jangka panjang.
Menurut Fariba Ahmadizar dari Universitas Utrecht, antibiotik dapat mengganggu kerja sistem imun dalam tubuh dan dapat berpengaruh pada mikroba usus dimana hal ini berdampak negatif pada respon imun tubuh.
Nathan LeBrasseur, Ph.D., yang merupakan peneliti di Robert and Arlene Kogod Center on Aging dari Mayo Clinic dan penulis senior dalam studi tersebut menjelaskan bahwa studi ini menunjukkan hubungan – bukan penyebab dari kondisi tersebut.
Baca Juga: Bolehkah Bayi Mengonsumsi Hati? Berikut Penjelasan dari Dokter
Dengan adanya temuan ini diharapkan dapat memberikan kesempatan bagi penelitian di masa depan agar dapat menentukan pendekatan yang lebih andal dan aman untuk jenis antibiotik, dosis dan waktu bagi anak-anak dalam kelompok usia tersebut.
Berdasarkan data terbaru mengenai peningkatan masalah kesehatan selama masa kanak-kanak yang terlibat dalam penelitian, para ahli tidak yakin apa yang menjadi penyebabnya. Selain masalah resistensi multidrug, sejauh ini antibiotik dianggap aman oleh sebagian besar dokter anak.
Tujuan akhir dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan pedoman praktis bagi dokter dalam hal penggunakan antibiotic secara aman pada anak berusia di bawah dua tahun. Karena terdapat beberapa kondisi bayi dan balita yang membutuhkan pengobatan antibiotic untuk mengatasi ingeksi sinus atau infeksi saluran kemih.
Sehingga dengan adanya diagnosis dari dokter dapat diresepkan penggunaan antibiotik sesuai dosis untuk menghilangkan semua bakteri yang menjadi penyebab anak sakit.