Oleh karena itu, Dirjen Wikan mengatakan ada yang salah dengan riset jika hasil risetnya tidak meluncur hingga ke pasar.
"Jadi, jangan lagi hanya bikin alat untuk memuaskan diri sendiri, tidak pernah masuk pasar. Tidak terkonfirmasi pasar butuh atau tidak. Kalau butuh harganya masuk enggak. Jadi, ini adalah budaya baik, memasarkan hasil SMK, Perguruan Tinggi Vokasi, ini yang harus kita tumbuhkan,” tutur dia.
Pada kesempatan yang sama, Kepala BBPPMPV-BMTI Supriyono mengatakan pembangunan ship simulator ini berdasarkan peluang yang dibaca pelajar vokasi, yakni kebutuhan transportasi kelautan di Indonesia sangat besar.
Supriyono berharap sekolah pelayaran atau program studi pelayaran di dalam negeri tak lagi mengimpor ship simulator luar negeri, melainkan menggunakan ship simulator buatan anak bangsa.
"Ini kita kembangkan bersama lebih dari 30 SMK dan Perguruan Tinggi Vokasi," kata Supriyono.
Supriyono juga mengatakan ship simulator ini telah masuk dalam e-katalog nasional dalam arti dapat dipesan instansi yang membutuhkan.
"Ini berkah untuk kita, ship (simulator) ini sudah masuk di e-katalog nasional dan Senin besok akan ada peluncuran oleh Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) pada 30 Mei di Jakarta Convention Center (JCC)," tuturnya.
Supriyono berharap ship simulator ini, tak hanya memenuhi kebutuhan pendidikan, melainkan juga memenuhi kebutuhan industri.
"Semoga vokasi makin jaya dan saya yakin ship simulator ini bisa memenuhi kebutuhan industri dengan kualitas yang terbaik," ujarnya.
Baca Juga: Ini Karir Paling Menjanjikan Buat Milenial dan Gen Z Masa Depan