Sedangkan Romo Bali dalam khotbahnya mengatakan bahwa hubungan antara Duta Besar Takhta Suci Vatikan dengan para misionaris di Italia ibarat orang tua dan anak yang sangat dekat. Dubes adalah orang tua bagi para misionaris untuk berkeluh kesah, dan menyampaikan kesulitan dan meminta dukungan. Jika anak ditinggal orang tuanya tentu akan merasa khawatir.
“Demikian juga ketika mendengar Bapak Dubes akan meninggalkan kita, sebagai anak kita khawatir. Khawatir boleh tapi jangan sampai berlebihan dan menguasai isi kepala hingga putus asa. Harus selalu ada harapan apalagi sebagai pengikut Kristus kita yakin burung di udara saja diberi makan, dan bunga bakung diberi keindahan, apalagi kita manusia yang diberi keistimewaan oleh Tuhan,” kata Romo Bali.
Romo Bali melanjutkan bahwa jika mengamini hal tersebut maka tidak ada lagi kata khawatir. “Yang ada adalah pengharapan dan kebahagiaan karena Bapak Dubes mendapat tugas yang lebih besar. Kekhawatiran pun hilang jadi kebanggaan karena Bapak Dubes kita adalah salah satu putra terbaik bangsa,” tandas Romo Bali.
Kegembiraan yang mengharukan
Acara perpisahan Dubes L Amrih Jinangkung dan keluarga dengan para misionaris di Napoli dan kota sekitar berlangsung penuh kegembiraan sekaligus mengharukan. Kegembiraan sangat terasa karena pada hari yang sama Dubes Amrih Jinangkung berulangtahun.
Sejak awal kedatangan suasana ceria dan meriah sudah tercipta. Begitu tiba Dubes Amrih berserta rombongan langsung disambut beberapa lagu Selamat Ulang Tahun. Suasana bahagia berlanjut usai Misa pada acara ramah tamah dan makan bersama, juga tiup lilin dan potong kue.
Sekitar 70-an biarawati Indonesia dari berbagai ordo yang datang bernyanyi penuh suka cita untuk Dubes Amrih Jinangkung. Beberapa suster tampil menyumbangkan lagu, begitu juga para romo yang hadir dalam acara istimewa tersebut, termasuk Romo Antonius Suhermanto Pr dari Keuskupan Tanjungkarang, dan Romo Fr. Tarsi SDV. Hadir pula AM Putut Prabantoro dan Lucius Gora Kunjana yang merupakan Ketua dan Sekretaris Panitia Paskah Bersama Diaspora Katolik Indonesia Sedunia yang melibatkan para misionaris di lebih dari 70 negara di dunia, pada 7 Mei 2022 lalu.
Acara makin meriah karena para suster, romo, dan semua yang hadir terlibat dalam sesi dansa bersama mulai dari Poco-poco, Gemu Famire, Tobelo, hingga goyang dangdut.
Kegembiraan pun berbaur dengan rasa haru di ujung acara ketika satu- persatu suster mengucapkan salam perpisahan dengan Dubes Amrih dan keluarganya. Terutama saat para suster menjabat erat tangan Ibu Bertha Jinangkung, mencium dan memeluk erat, mata mereka tampak berkaca-kaca bahkan menangis sesegukan. Tepat seperti apa yang diungkapkan Dubes Amrih Jinangkung: istimewa dan sangat bermakna.