Semarang, Sonora.ID - Seberapa sering Anda pergi ke toko buku untuk membeli buku? Apakah Anda sering membeli buku dalam jumlah yang banyak?
Buku merupakan sumber informasi yang dapat membuka wawasan tentang berbagai hal seperti ilmu pengetahuan, ekonomi, sosial, budaya, politik dan juga aspek kehidupan lainnya.
Membaca buku pun juga bermanfaat selain menambah pengetahuan, bisa mengurangi strees, dapat menstimulus mental, dapat meningkatkan kualitas memori.
Namun, apakah setelah memborong buku Anda merasa enggan untuk membacanya? Jika iya, kemungkinan Anda memiliki perilaku tsundoku. Mari kita simak penjelasannya.
Tsundoku berasal dari gabungan dua kata dalam Bahasa Jepang, yaitu Tsunde-Oku yang berarti dibiarkan menumpuk dan Dokusho yang berarti membaca buku.
Jadi, Tsundoku merupakan istilah untuk menggambarkan keadaan memiliki bahan bacaan, tetapi membiarkannya menumpuk tanpa dibaca. Dapat dikatakan jika seseorang yang memiliki perilaku tsundoku merupakan penimbun buku.
Banyak hal yang bisa menjadi penyebab seseorang melakukan perilaku tsundoku. Salah satu alasan yang paling umum ialah punya kesempatan untuk membeli banyak buku, tapi tak punya waktu atau niat untuk membaca.
Baca Juga: Panutan Sejuta Umat! Ini 5 Tips Produktif dan Sukses di Usia Muda ala Maudy Ayunda
Namun, apakah perilaku ini menimbulkan bahaya? Perilaku Tsundoku belum bisa dikatakan sebagai penyakit atau sindrom, sebab belum ada istilah medisnya.
Tak apa jika Anda sesekali melakukan Tsundoku, namun perlu diingat bahwa perilaku ini menghambur-hamburkan uang, waktu, dan memenuhi ruangan.
Tips Mengatasi Tsundoku