Medan, Sonora.ID -Bank Indonesia pada akhirnya tetap mempertahankan besaran bunga acuannya di level 3.5%.
Kebijakan tersebut seakan tidak menghiraukan kenaikan besaran bunga acuan yang dilakukan secara agresif oleh Bank Sentral AS maupun banyak Negara lainnya.
"Semakin lama BI menunda atau tidak sama sekali menaikkan besaran bunga acuan nantinya. Maka semakin besar peluang kita untuk terhindar dari jurang resesi. Sudah ada banyak Negara besar yang diperkirakan atau bahkan diyakini akan masuk ke jurang resesi. Paling cepat akan terjadi di akhir tahun ini. Nah, kita selama ini diyakini akan mampu keluar dari ancaman resesi, namun tidak dengan stagflasi yang sudah mulai kita rasakan,"ujarnya.
Gunawan menambahkan, Stagflasi adalah kondisi dimana pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan (bukan berarti tidak tumbuh), dan dibarengi dengan kenaikan laju tekanan inflasi.
Nah kondisi tersebut juga berbahaya pada dasarnya bagi perekonomian kita. Karena disaat Negara lain terjebak dalam jurang resesi, maka kita juga berpeluang untuk mendapatkan dampak negatif dari resesi tersebut.
"Tidak ada satupun Negara di dunia ini yang tidak akan merasakan dampak resesi sama sekali. Tergantung dari kesiapan Negara masing-masing dalam menghadapi tekanan ekonomi global tersebut. Dan tekanannya diperkirakan akan semakin meningkat seiring dengan ketegangan geopolitik yang tensinya kian memanas akhir-akhir ini,"katanya.
Sementara itu, "kita sejauh ini punya peluang besar untuk keluar dari ancaman resesi tersebut. Konsumsi domestik kit amasih akan menjadi motor penggerak ekonomi di tanah air. Sumbangsihnya masih 50%-an. Ini yang kita harapkan menjadi motor penggerak ekonomi ditengah ancaman resesi dunia. Meskipun masih meninggalkan PR besar bagaimana kita menjaga daya beli masyarakat,"ujarnya.
Ia menambahkan, kebijakan BI mempertahankan besaran bunga acuan, ini akan jadi motor bagi dunia perbankan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi di masa masa sulit.
Walaupun terjadi tekanan pada mata uang Rupiah, akan tetapi saya menilai tekanan rupiah masih terbilang wajar mengingat The FED menaikkan besaran bunga acuan sebesar 75 basis poin sebelumnya.
"Meksipun bukan berarti kita tidak mewaspadai kemungkinan pelemahan lanjutan, karena di bulan selanjutnya The FED juga masih akan menaikkan besaran bunga acuannya. Namun saya hanya menekankan bahwa jika ongkos yang dikeluarkan untuk mempertahankan BI Rate ini masih dalam batasan yang wajar,"kata Gunawan.
Sebab itu, kita justru mendapatkan manfaat yang lebih besar dengan mempertahankan BI rate.
Maka jalan itu harus kita tetap pertahankan nantinya. HBukan berarti nantinya suku bunga acuan tidak dinaikan.
Hanya saja sebaiknya kita memperhitungkan segala bentuk kemungkinan yang akan terjadi serta berhitung kerugian ataupun potensi manfaat yang bisa kita raih.
"Yang penting kita jangan latah bahwa saat suku bunga acuan global naik lantas kita juga mengikuti langkah yang sama. Hari ini saat BI menetapkan besaran bunga acuan tidak berubah. IHSG ditutup naik 0.2% di level 6.998,27. Sementara itu, mata uang rupiah terpantau melemah di level 14.862 per US Dolar," tutupnya.