Menurut The Annie E. Casey Foundation, hidup di era awal majunya pendidikan dan teknologi membuat Generasi Z menjadi lebih melek dengan isu-isu sosial, bahkan melebihi generasi sebelumnya. Misalnya, isu perawatan kesehatan, kesehatan mental, pendidikan tinggi, dan lain sebagainya.
Bahkan, dilansir dari KOMPAS.com, para Generasi Z–bersama Generasi Y–dinilai dapat mendorong percepatan Indonesia masuk ke revolusi industri 4.0.
“Mereka terkenal mudah beradaptasi dengan teknologi, bukan hanya sebagai konsumen tapi juga creator,” kata Bhima Yudhistira, seorang Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF).
Meskipun demikian, ketika masuk ke dunia profesional, Generasi Z dinilai memiliki kekurangan yang kemudian dibesar-besarkan hingga akhirnya menjadi stereotip bagi mereka.
Baca Juga: Gen Z dan Milenial Merapat! Ini 3 Alasan Kamu Harus Investasi Sejak DIni
Melawan Stereotip Profesional
Dalam siniar OBSESIF, Mincot dari HRD Bacot menjelaskan beberapa stereotip yang sedang dihadapi oleh para Generasi Z.
Salah satu stereotip yang dilayangkan ini berasal dari para milenial. Menurut mereka, Generasi Z dinilai ngeyel, susah diatur, pemalas, sukar bersosialisasi, dan sebagainya.
“Stereotyping (ini) tidak bisa dihindarkan,” ujar Mincot.
Walaupun begitu, bukan berarti stereotip ini berlaku bagi seluruh Generasi Z. Di lain sisi, Mincot juga mengatakan bahwa ada kiat-kiat yang bisa dilakukan oleh generasi ini agar dapat melawan stereotip ini lewat kerja-kerja nyata.
Lantas, apa saja kiat-kiatnya?
Cari tahu jawabannya melalui siniar OBSESIF x HRD Bacot episode “Gen Z dan Stereotip Dunia Profesional” di Spotify.
Tak hanya soal stereotip Generasi Z, siniar ini juga membahas tips-tips seputar soft skill esensial, career preparation, atau isu sosial lainnya. Dengarkan OBSESIF di Spotify atau akses melalui tautan berikut dik.si/obsesifS5E23.
Baca Juga: Ini Karir Paling Menjanjikan Buat Milenial dan Gen Z Masa Depan