Namun Ia mengaku tak semua barang tergolong bagus. Mengingat yang dijual adalah baju bekas, tentu ada beberapa yang robek atau ada noda di titik-titik tertentu.
“Harus teliti banget pokoknya sebelum beli. Apalagi yang barangnya ditumpuk di satu tempat gitu, kadang juga harus mau ngubek-ngubek sampai dapat yang menarik hati,” ungkap bapak dua anak ini.
Tips lainnya diungkapkan Rizka (26), yang punya jadwal khusus sebelum belanja baju bekas di Pasar Subuh.
Baca Juga: Endorse Barang ke Influencer, Bawa Untung atau Malah Rugi? Ini Pengalaman Pemilik Thrift Shop!
“Biasanya 3-4 bulan sekali, sambil dicek juga akhir musim di luar negeri. Misalnya musim panas di Korea berakhir di bulan Agustus, kita ke Pasar Subuh bulan September atau Oktober,” tutur pegawai swasta ini.
Pada momen tersebut, barang-barang yang masuk ke Indonesia dari luar negeri akan lebih banyak dan beragam. Bahkan desainnya dan bahannya cocok untuk cuaca panas seperti di Banjarmasin.
Kalau lagi hoki, Rizka bisa mendapat kemeja merk terkenal dengan kualitas yang masih sangat bagus hanya dengan harga Rp10 ribu saja. Sementara barang termahal yang pernah dibelinya di Pasar Subuh adalah blazer seharga Rp70 ribu, dengan kondisi masih sangat bagus dan sudah dicuci dan setrika oleh penjualnya.
Dari banyak koleksi pakaiannya, sebagian besar berasal dari pasar loak, baik yang dibeli di Pasar Subuh maupun saat jalan-jalan ke luar kota. Kadang juga dibeli di thrift shop online.
“Kalau jalan ke luar kota, seperti Surabaya, Semarang atau Jakarta, pasar loak pasti jadi salah satu tujuan buat jalan-jalan,” tambahnya lagi.
Lebih hemat dan ramah lingkungan menjadi alasan Hafiz dan Rizka memilih barang bekas untuk digunakan sehari-hari. Asal pintar dan teliti memilih, gaya berpakaian pun tidak kalah keren dari produk baru yang dibeli di toko-toko.