Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Dr. Hasto Kristiyanto saat menyampaikan Orasi Ilmiah berjudul “Eksistensi Pemikiran Geopolitik Soekarno untuk Ketahanan Nasional”, bagi wisudawan ke-127 Universitas Negeri Padang (UNP), Minggu (3/7/2022). (
Dok. DPP PDIP)
Sonora.ID - Sekjen DPP PDI Perjuangan (PDIP) Dr. Hasto Kristiyanto menyoroti bagaimana saat ini sesama anak bangsa mudah saling bertengkar dan mencela.
Menurutnya, hal ini merupakan kemunduran dari spirit kebangsaan, karena dulu Indonesia telah outward looking, melihat keluar dan tidak hanya jago kandang.
Hal tersebut disampaikan Hasto saat berbicara di Seminar Nasional "Meneguhkan Pancasila Sebagai Falsafah Bangsa dan Dasar NKRI" yang digelar Majelis Kridatama Pancasila di Yogyakarta, Senin (4/7/2022).
"Dalam situasi keterbatasan sumber daya saat itu, Indonesia bisa menggelar Konferensi Asia Afrika. Kemana spirit itu sekarang? Tugas kita sekarang memiliki kemauan melihat keluar. Agar kita tidak menjadi bangsa yang berpikiran sempit," harap Hasto, dalam keterangan tertulisnya.
Sementara itu, Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof. Yudian Wahyudi mengawali paparannya dengan menjelaskan munculnya Salam Pancasila yang dipopulerkan oleh BPIP.
Menurutnya pada intinya, BPIP ingin memperkenalkan salam yang dibutuhkan dalam menjaga persatuan Indonesia tanpa mengganggu akidah.
Lalu, Yudian menyoroti bagaimana prestasi bangsa Indonesia di bawah kepemimpinan Bung Karno, di awal masa kemerdekaan, sebagai sebuah negara baru.
"Bangsa kita ini bangsa terbaik di muka bumi dalam konteks pembangunan negara baru. Bikin negara baru yang terbaik di muka bumi adalah bangsa Indonesia," kata Yudian.
Yudian mengatakan Soekarno mampu mengelola perbedaan yang terjadi di dalam negeri dan kemudian membawa Indonesia tampil di pentas internasional.
"Jadi Bung Karno itu, pada zamannya, merupakan tokoh ketiga dari tiga tokoh dunia. Yang pertama Presiden Amerika Serikat, kedua Presiden Uni Soviet, dan ketika Presiden Republik Indonesia," tandas Yudian.
Sedangkan Ketua Umum Majelis Kridatama Pancasila, Hanief S.Ghafur ditempat yang sama menyatakan, bahwa selama 23 tahun terakhir, terjadi disrupsi terhadap nilai Pancasila.
Menurutnya, kehampaan Pancasila itu sangat berbahaya sebab bisa saja virus dari luar menjangkiti bangsa Indonesia.
Maka ke depan, menurut Hanief, kondisi disrupsi ini harus diatasi dengan memasyarakatkan Pancasila kepada seluruh anak bangsa dari segala lapisan.
“Bangsa ini harus sukses menyekolahkan seluruh anak bangsa di sekolah Pancasila, harus ada stempel aktif untuk sekolah mengenai Pancasila. Dan mudah-mudahan kehampaan dan kekosongan nilai-nilai Pancasila yang sebenarnya, bisa diisi di masa mendatang,” kata Hanief.