Ia mengklaim, salah satu keunggulan produk sambal kemasannya adalah daya tahan yang cukup lama.
Baca Juga: Senin Inspirasi: Bandeng Presto, Makanan Lezat Untung Selangit!
"Usaha sambal banyak tapi mudah dicontek. Jadi orang bikin sambal roa semua pada bikin. Tapi awetnya rata-rata 1 bulan. Sedangkan sambal saya tahan 3 bulan. Makanya saya percaya diri dengan produk ini," sebutnya.
Ia lalu mulai melakukan promosi lewat media sosial yakni story Whatsapp maupun postingan Facebook.
Tak disangka, produk sambalnya mendapat respon yang baik dari konsumen. Sehingga ia berani memproduksi sambal dalam jumlah besar.
Tak hanya konsumen dari Indonesia, permintaan sambal kemasan Asriyah juga datang dari negeri jiran Malaysia.
"Saya promo lewat status WA dan FB banyak yang minta bahkan dari Malaysia," ucapnya.
Asriyah menuturkan, ia berusaha menjaga cita rasa sambalnya agar tetap disukai konsumennya.
Sebab menurutnya, kunci dari bisnis kuliner adalah konsisten dengan rasa. Jika rasa berubah, maka itu akan menjadi penilaian konsumen.
Sementara itu, kendala terbesar juga membayangi bisnisnya yakni kenaikan harga cabai. Namun ia berupaya terus bertahan sembari memutar otak agar bisnisnya terus berjalan.
Untuk menyiasati kenaikan harga bahan baku, ia berencana manggandeng petani cabai untuk menjadi suplier.
"Jadi kami punya wacana melakukan pendampingan petani cabai. Nantinya hasil kebun mereka kita ambil dan langsung kita produksi jadi sambal. Ambil cabai dari petani itu harganya bisa jadi murah," pungkasnya.