Dia menambahkan, pemasok kayunya di provinsi-provinsi menaikkan harga dua kali lipat karena permintaan naik tajam dan biaya transportasi melonjak tinggi.
"Sebelumnya, pemilik tanah membayar kami untuk mencabut pohon karet yang tidak lagi produktif," kata penebang pohon lainnya bernama Sampath Suchhara kepada AFP di desa Nehinna yang ditumbuhi teh dan karet.
"Sekarang, kita harus membayar untuk mendapatkan pohon-pohon ini," lanjutnya.
Hingga saat ini kondisi negara Sri Lanka masih carut marut bahkan para warga berencana mengantikan presiden yang saat ini menjabat dengan orang lain.
Beberapa waktu lalu viral sosok yang diduga Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa terekam kamera tengah jalan terhuyung-huyung membawa koper menaiki kapal angkatan laut dan diduga melarikan diri dari amukan warga sipil.
Baca Juga: Mrs. Sri Lanka yang Direbut Mahkotanya Buka Suara, Pelaku Ditangkap Polisi
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dulu, Ketika Sri Lanka Belum Bangkrut dan Cukup Kaya...",