"Dari yang kita pantau sejauh ini, pelemahan Rupiah justru berpeluang mendorong kenaikan sejumlah bahan kebutuhan pokok khususnya bawang putih dan daging sapi. Sementara itu, harga cabai di luar provinsi SUMUT masih ada yang bertengger di atas 120 ribu per Kg," kata Benjamin dalam wawancara bersama awak media.
"Jadi lagi lagi harga sejumlah kebutuhan masyarakat sulit untuk bergerak turun, jika tarikan harga dari luar masih terus terjadi. Disisi lain, mahalnya harga pupuk belakangan ini juga turut menjadi masalah di hulu, yang bisa memicu penurunan produktifitas produk pertanian kita. Pupuk yang mahal sejauh ini disiasati dengan menggantinya ke pupuk organik,"katanya.
Sementara itu, Dari hasil penulusuran kita di lapangan, pupuk organik memang mampu memberikan kontribusi pada peningkatan produktifitas seperti halnya pupuk kimia.
"Hanya saja, kelemahannya terletak pada efektifitas yang tidak bisa didapat secara instan. Kalau pupuk kimia langsung memberikan hasil terhadap tumbuh kembang tanaman. Tetapi organik ini butuh waktu yang lebih lama meskipun ramah lingkungan," ungkapnya.
Benjamin menerangkan, Jadi memang dalam jangka panjang pupuk organik ini bisa memberikan banyak manfaat bagi tanaman kita.
Baca Juga: Kata Pengamat soal Kenaikan Harga BBM Non Subsidi & Pelemahan Rupiah
"Namun saat ini kita juga tengah berupaya untuk mengukur ketersediaan stok serta harga kebutuhan pokok dalam jangka pendek. Jadi kita harapkan pemerintah bisa mencari solusi masalah ini. Mengingat Pupuk kimia masih mahal harganya dipicu perang Rusia – Ukraina," katanya lagi.
Namun, Pemerintah harus lakukan pendampingan kepada petani untuk memastikan tanamannya tetap memberikan kontribusi panen yang maksimal. Agar harga tidak naik dalam jangka pendek. Jadi masih ada gap disini, dan dilema tengah kita hadapi bersama baik di tingkat petani, hingga tingkat pengambil kebijakan di pemerintahan pusat,"tutup Benjamin.