Di pos 5 Rumah Tan Djin Tsing peserta diminta untuk menceritakan sejarah dan filosofi tentang salah satu bangunan di kawasan Sumbu Filosofi, di pos ini kedalaman wawasan sejarah sangat diuji.
Selanjutnya di pos 6 Benteng Vredeburg, peserta diajak bermain tebak kata yang tentu menguji kekompakan dan kelihaian strategi mereka untuk memecahkan setiap clue yang diberikan.
Tim juri dari sejarawan UGM Bahauddin M.Hum dan Julianto Ibrahim, M.Hum, serta Erwin Djunaedi, S.S. dari Komunitas Malam Museum.
Ratih menuturkan dalam penyelenggaraan kegiatan ini melibatkan tim pembuat soal dari kalangan akademisi, Musyawarah Guru Mata Pelajaran Sejarah, dan Komunitas Sejarah di Yogyakarta.
Hal ini ditujukan agar dalam proses pelaksanaan jelajah sejarah ini tidak hanya diperoleh juara yang unggul dalam bidang kognitif melainkan juga unggul dalam hal keberanian mengambil resiko dan tepat dalam mencari solusi pemecahan suatu masalah.
Sementara itu, Erwin Djunaedi, S.S. selaku juri dalam kegiatan tersebut menyatakan ketika pembelajaran sejarah dikemas dengan konsep jelajah sejarah ternyata menimbulkan minat generasi muda untuk belajar sejarah sehingga kemudian nilai-nilai sejarah dapat diterima dan dicerna oleh para peserta dan terbentuk logika berpikir yang sangat historis.
“Semoga kedepannya bisa berkembang kegiatan-kegiatan seperti ini sehingga banyak generasi muda yang mencintai sejarahnya”, ungkapnya.
Antusiasime peserta dapat terlihat dari kostum yang dikenakan dalam kegiatan jelajah sejarah ini. Salah satunya Bella Cristina peserta dari SMA Negeri 2 Yogyakarta yang memilih kostum petani. Ia menjelaskan kostum yang ia kenakan terinspirasi dari patung peringatan monumen Serangan Umum 1 Maret yang salah satunya patung seorang petani.
“Petani menjadi sala satu simbol rakyat biasa yang turut serta memperjuangkan kedaulatan bangsa Indonesia dari Agresi Militer Belanda II”, jelas Bella.
Afanin Fariq Fajria salah satu peserta dari SMA Negeri 5 Yoyakarta juga menyatakan bahwa kegiatan LCC Sejarah dengan konsep Jelajah sejarah sangat menarik dan menyenangkan.
“Soal yang diberikan disetiap pos sangat seru dan melatih kreatifitas kami, selain itu jelajah ini juga menambah pengetahuan kami tentang bangunan-bangunan bersejarah salah satunya rumah Tan Djin Tsing yang ada di Kampung Ketandan ini”, jelas Afanin.
Di babak grand final hari ini telah terpilih Juara 1 yaitu Tim A dari SMA Negeri 1 Yogyakarta, Juara 2 Tim E dari SMA Negeri 5 Yogyakarta, Juara 3 yaitu Tim F dari SMA Negeri 8 Yogyakarta, Juara Harapan 1 yaitu Tim F dari MAN 1 Yogyakarta, dan Juara Harapan 2 yaitu Tim R dari SMA Negeri 2 Yogyakarta.
Juara pertama dalam lomba ini nantinya akan menjadi wakil dari Kota Yogyakarta di penyelenggaraan LCC Sejarah Tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta.
ahun ini Dinas Kebudayaan juga memberikan hadiah bagi tiga nominee yaitu kategori yel-yel terbaik diberikan pada Tim J kontingen MAN 2 Yogyakarta, kategori kelompok terkompak untuk Tim E kontingen SMA N 5 Yoyakarta, dan kostum terunik untuk Tim C dari Kontingen SMA N 2 Yoyakarta.
Sebagai bentuk apresiasi kepada peserta lomba di babak grandfinal, masing-masing juara berhak mendapatkan piala, sertifikat dan uang pembinaan. Juara 1 berhak mendapatkan uang pembinaan senilai Rp. 5.000.000,00; Juara 2 mendapatkan Rp. 4.500.000,00; Juara 3 Rp. 4.000.000,00; Juara Harapan 1 Rp. 3.500.000,00; dan Juara Harapan 2 senilai Rp. 3.000.000,00. Sedangkan juara nominee dari tiga ketegori masing-masing mendapatkan uang pembinaan sebesar Rp. 1.000.000,00.
Lomba ini diharapkan memberikan pengalaman baru bagi generasi muda dalam mengenal sejarah bangsanya lewat sebuah kegiatan penelusuran jejak-jejak masa lampau di sebuah bangunan dalam bingkai jelajah sejarah.