Sonora.ID - Diceritakan pada abad ke-12, Bali dipimpin oleh Raja Sri Jaya Pangus Harkajalancana. Jaya Pangus disebut sebagai keturunan penguasa terkenal Airlangga dan masuk dinasti Warmadewa. Di bawah kepemimpinan Jaya Pangus, agama Hindu berkembang pesat di Bali.
Dikisahkan banyak pendatang yang datang dari wilayah utara. Salah satunya adalah keluarga pedagang Tionghoa yang bermarga Kang. Mereka datang ke Bali untuk berdagang. Keluarga tersebut memiliki seorang putri yang bernama Putri Kang Cing Wie.
Sang Raja Sri Jaya Pangus terpesona dengan Putri Kang. Mereka pun melangsungkan pernikahan dan digelar upacara pernikahan yang amat megah.
Namun seorang Rsi penasehat Raja menganggap pernikahan ini tak boleh dilaksanakan karena akan menyebabkan malapetaka, namun Sang Raja tak menghiraukannya. Bertahun-tahun setelah pernikahan Sri Jayapangus dan Kang Cing Wie, mereka belum juga dikaruniai anak. Sehingga Raja memutuskan pergi meninggalkan kerajaan untuk mencari pencerahan.
Ketika Sri Jayapangus bermeditasi di kaki Gunung Batur, ia bertemu dengan Dewi penguasa Danau Batur, yakni Dewi Danu. Sri Jayapangus terkesima melihat kecantikan Dewi Danu, ia mengaku masih bujang dan menikahi Dewi Danu.
Baca Juga: Klasik dan Langka, Wayang Wong Griya Jelantik Delod Pasar Sanur Tampil Di Pesta Kesenian Bali Ke-44
Bertahun-tahun lamanya sang raja yang tak kunjung kembali. Sehingga Kang Cing Wie pergi berkelana mencari suaminya. Ketika sampai di tepi danau Batur, Kang Cing Wie melihat Raja Sri Jaya Pangus dan Dewi Danu yang sedang bermesraan. Melihat hal itu, Kang Cing Wie merasa sakit hati, lalu mencaci maki Dewi Danu.
Namun Dewi Danu tak tahu bahwa sang raja sudah beristri, ia merasa tertipu dan sangat terhina, Dewi Danu murka dan berubah wujud menjadi sosok menyeramkan bagaikan Durga, ia mengerahkan seluruh mahkluk halus penghuni Danau Batur untuk menyerang Kang Cing Wie.
Melihat hal itu, Sri Jayapangus memohon ampun kepada Dewi Danu. Namun murka Dewi Danu tak bisa dibendung lagi, dengan kekuatannya Dewi Danu menghanguskan kedua pasangan itu menjadi abu.
Berita tentang meninggalnya Jayapangus dan Kang Cing Wie menyebabkan luka yang sangat mendalam bagi rakyat Kerajaan Balingkang. Merasa kasihan dengan rakyat Balingkang, Dewi Danu pun menitahkan mereka agar membuat sepasang arca lelaki dan perempuan sebagai simbol pemimpin mereka, serta mencampurkan abu Sri Jayapangus dan Kang Cing Wie ke arca tersebut, arca inilah yang hingga kini dipersonifikasikan sebagai Barong Landung. Sosok pasangan Barong Landung akan mucul saat piodalan dan kesenian gambuh.
Sementara itu, Dewi Danu yang menyadari kesalahannya pergi dari Gunung Batur bersama anaknya, Mayadenawa menuju ke Desa Pinggan tempat tinggal Putri Kang. Kemudian dibangunlah Pura Dalem Balingkang yang merupakan salah satu Pura Kahyangan Jagat. Nama Balingkang sendiri diyakini berasal dari nama Bali, Ing, dan Kang. Namun ada juga yang menyebut berasal dari nama Keraton Kuta Dalem
Di Pura Dalem Balingkang juga dibangun Palinggih Ratu Ayu Mas Subandar yang diambil dari nama Bali orang tua Putri Kang. Bangunan suci tersebut dibangun untuk memuliakan Putri Kang Cing Wie. Sedangkan palinggih, adalah tempat bersemayam para dewa.
Baca Juga: Misteri 'Tonya Yeh', Sang Hantu Air dari Bali yang Bisa Berubah Wujud