Meski begitu, usulan itu tak diterima jemaah lain.
"Sebagian jemaah menganggap memenuhi kebutuhan pasutri tak pantas rasanya bila dilakukan bersamaan dalam satu tempat yang sama," kata Dikky.
Dikky bersama rekan-rekan sekamarnya kemudian mengalah dan merelakan kamar mereka untuk dipakai menjadi "Kamar Barokah".
Mereka hanya mengajukan satu syarat, yaitu satu kamar harus digunakan secara bergantian. Waktu penggunaannya mulai dari siang hingga maghrib.
Sedangkan pada malam hari justru kamar ditutup.
"Soalnya kalau malam kami yang punya kamar kan juga capek, perlu istirahat. Kalau siang, kami tinggal ibadah," ujar pria yang mengajar di Universitas Muhammadiyah Surabaya itu.
Tak ada syarat khusus untuk menggunakan kamar ini, selain tentu saja, harus berstatus suami istri.
Dikky mengatakan, masing-masing pasutri biasanya juga sudah paham untuk selalu menjaga kebersihan kamar.
"Ya kan malu juga masak di kamar orang meninggalkan jejak," kata Dikky lalu tertawa.