Karawang, Sonora.ID - Untuk meningkatkan produksi, nilai tambah serta daya saing produk kelautan dan perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Jawa Barat (Jabar) merehabilitasi tambak yang ada di Kabupaten Karawang.
"Rehabilitasi tambak ini adalah bagian dari upaya dukungan pencapaian salah satu sasaran kami dalam meningkatnya produksi dan produktivitas, serta nilai tambah dan daya saing produk kelautan dan perikanan," ucap Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jabar, Hermansyah usai peletakan batu pertama pekerjaan Rehabilitasi Tambak di UPTD Perikanan Air Payau dan Laut Wilayah Utara (PAPLWU) Karawang, Rabu (20/7/2022).
"Rehabilitasi tambak secara keseluruhan, termasuk dengan konstruksi fisik, meliputi area seluas kurang lebih tujuh ribu meter persegi. Nantinya, akan terdiri dari sembilan petakan tambak, berikut kelengkapan pendukungnya berupa saluran masuk dan buang, sumur air, dan kelistrikan," papar Hermansyah.
"Ini pun sebagai upaya kami menuju Jabar sebagai provinsi dengan daerah pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan yang mandiri," imbuhnya.
Baca Juga: Bencana Melanda Jabar, JQR Sigap Salurkan Bantuan kepada Korban Terdampak
Selain itu, lanjut Hermansyah, rehabilitasi tambak ini sejalan dengan visi dan misi Pemerintah Pusat, yaitu Kementerian Kelautan dan Perikanan, menuju struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing, melalui peningkatan kontribusi ekonomi sektor kelautan dan perikanan terhadap perekonomian nasional.
"Rehabilitasi tambak ini menjadi suatu upaya dalam penerapan atau aplikasi teknologi di bidang budidaya perikanan air payau dan laut, yang dapat dijadikan percontohan dalam mengelola sumber daya perikanan secara optimal," tutur Hermansyah.
Menurutnya, rehabilitasi kali ini terdapat perbedaan dari segi desain dibandingkan dengan tambak lainnya.
"Konstruksinya menggunakan beton. Sementara tambak pada umumnya hanya kolam petakan tanah biasa, ataupun kolam yang dilapis oleh plastik," ungkap Hermansyah.
Selain itu, papar Hermansyah, pekerjaan persiapan dan pemanenan akan lebih mudah, serta lebih optimal dalam mengelola kualitas air, kepadatan tebar benih dapat lebih tinggi, dan dapat mencapai tiga siklus tanam dalam satu tahun.