50 Tahun Radio Sonora Network: Rekor MURI dan Warisan Kroncong

9 Agustus 2022 11:55 WIB
HUT ke-50 Tahun Radio Sonora Network
HUT ke-50 Tahun Radio Sonora Network ( Radio Sonora)

Sonora.ID - Sudah 50 tahun Radio Sonora Network mengudara dengan perannya sebagai media dengar yang mendidik, mencerahkan, menjaga kebhinekaan, serta menyiarkan suara-suara keadilan di tengah masyarakat.

Untuk mempertahankan peran tersebut, Radio Sonora Network harus dapat beradaptasi di era yang sangat dinamis ini, dimana perubahan seringkali terjadi dengan sangat cepat.

Berinovasi sembari menjaga warisan kata dari dua pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama dan P.K. Ojong, Radio Sonora Network berhasil mencatatkan namanya di dalam jurnal Museum Rekor Indonesia (MURI), untuk kategori ‘Talkshow Interaktif dengan Komunitas Terbanyak’.

Baca Juga: Radio Sonora Pecahkan Rekor MURI, Talkshow Interaktif dengan Komunitas Terbanyak

Buah inovasi dari Radio Sonora Network tersebut dimulai pada tanggal  6 Agustus 2022, pukul 08:00 WIB, dan berakhir pada pukul 10:00 WIB, tanggal 8 Agustus 2022.

‘Rangkai Suara Satukan Indonesia’, kata-kata yang sarat dengan makna ini menjadi tema hari ulang tahun emas Radio Sonora Network. Dimana kata-kata tersebut juga menjadi dasar, bagi Radio Sonora Network untuk mencatat kembali namanya dalam khazanah penyiaran Indonesia.

“Radio Sonora selama 50 tahun konsisten menjaga dan merawat Indonesia melalui konten siarannya. Radio Sonora ‘menjaga’ Indonesia dengan menjadi media bagi masyarakat dan komunitas yang tersebar di seluruh pelosok tanah air dan dunia, untuk berekspresi dan berinteraksi,” terang Direktur Radio Sonora, Viliny Lesmana, Senin (8/8/2022).

Siaran 50 jam tanpa henti bersama 50 komunitas tersebut, dapat terealisasi berkat adanya kerja sama yang terjalin antara 24 penyiar dari 12 jaringan Radio Sonora Network, dengan segenap Tim Redaksi Radio Sonora Network, serta para Sahabat Sonora yang tidak henti-hentinya memberikan semangat.

Baca Juga: Harapan Mantan Direktur Radio Sonora Palembang di HUT ke -76

“Saya bersyukur dikelilingi rekan-rekan kerja, baik di Jakarta maupun di kru radio jaringan Sonora Network di 12 kota di tanah air, yang suportif, militan dalam bekerja, memiliki semangat dan kerjasama yang baik sehingga mimpi kami mewujudkan siaran nonstop 50 jam bersama komunitas ini dapat terlaksana tanpa kendala yang berarti,” ujar Ketua Pelaksana Kegiatan Rekor MURI Sonora, Yudi Samadi, Senin (8/8/2022).

Radio Sonora Network mempercayai, jika proses yang baik akan mendekatkan kita kepada capaian yang baik juga. Dalam merealisasikan rekor MURI; Talkshow Interaktif dengan Komunitas Terbanyak, tentu ada keringat dan waktu yang harus dikeluarkan oleh para pelaku. Yudi selaku Ketua Pelaksana Rekor MURI pun turut mengungkap berbagai tantangan, yang harus dihadapi selama proses pemecahan rekor.

“Menghadirkan narasumber di jam-jam istirahat orang pada umumnya, seperti dini hari itu juga menjadi tantangan. Lagi-lagi kami sangat bersyukur dan berterima kasih kepada teman-teman komunitas, yang sangat antusias mendukung acara ini, meskipun di waktu-waktu sulit yang seharusnya mereka istirahat,” cerita Yudi, Senin (8/8/2022).

Yudi mengungkapkan, komunitas-komunitas yang ikut berpartisipasi dalam proses pemecahan rekor MURI ini, memiliki ‘asa’ untuk disebarkan ke seluruh telinga Sahabat Sonora se-Indonesia. Diharapkan, semangat dari komunitas-komunitas tersebut, dapat menjadi inspirasi bagi Sahabat Sonora yang ada di seluruh Indonesia.

“Dewasa ini juga telah banyak komunitas yang telah berperan serta memberikan manfaat kepada masyarakat sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Kami ingin mengangkat semangat berbagi kebaikan dan menebar manfaat itu agar memberi inspirasi bagi bangsa kita, menjaga Indonesia tetap satu dengan segala kekayaan dan keberagaman yang dimiliki,” terang Yudi, Senin (8/8/2022).

Semangat dari Kronjtong Toegoe, di Sudut Retorika Kaula Muda

Salah satu komunitas yang ikut dalam menyebarkan kebaikan bersama dengan Radio Sonora Network adalah, Komunitas Krontjong Toegoe. Sarat dengan nuansa perpaduan antara budaya Portugis dengan Nusantara, komunitas yang terbentuk pada tanggal 12 Juli 1988 di Kampung Tugu ini, membawa tanggung jawab moral, untuk melestarikan lantunan keroncong di telinga dan hati masyarakat Indonesia.

“Kita hanya ingin mempertahankan, melestarikan dan mengembangkan keroncong di tengah gempuran kebudayaan yang masuk dari luar. Kan hampir saja keroncong ini ditinggalkan oleh anak-anak muda. Tahun ‘88 ketika saya masih SMA, saya ikut bergabung, saya aja menolak untuk bermain kroncong. Tapi karena panggilan dan tanggung jawab moral itu,” ujar Punggawa Komunitas Krontjong Toegoe, Arthur James Michiels kepada Radio Sonora, Sabtu (7/8/2022).

Semangat untuk melestarikan musik keroncong ke telinga masyarakat, terus dipelihara oleh Komunitas Krontjong Toegoe, hal ini tercermin dari sebuah lagu berjudul ‘Tanah Tugu’. Lagu yang rilis pada tahun 2019 tersebut mendapat anugerah sebagai ‘Karya Produksi Kroncong’ terbaik dalam Anugerah Musik Indonesia (AMI) ke-22, tahun 2019.

Namun, upaya menyebarkan semangat melestarikan kroncong tidaklah mudah. Karena generasi muda di masa ini, jarang menerima musik kroncong sebagai dendang favorit mereka.

Akan tetapi, hal tersebut tidak mengecilkan semangat juang para punggawa Krontjong Toegoe, untuk terus melestarikan musik kroncong di tengah masyarakat Indonesia yang terkenal sangat majemuk ini.

Berbagai upaya dilakukan, seperti halnya mensosialisasikan musik kroncong melalui jalur dunia pendidikan.

“Kalau di anak muda sudah jarang yang menerima (musik kroncong), pasti kalau di ajak tuh ngantuk. Tapi beberapa kali saya ajak teman-teman, main di tempat saya ngajar, jadi anak-anak pada kenal (musik kroncong). Jadi waktu itu ada acara Hari Musik Nasional, Krontjong Toegoe juga jadi narasumber disitu, ternyata anak-anaknya pada senang,” ungkap anggota Krontjong Toegoe yang berprofesi sehari-harinya sebagai guru, M. Fuad Rizqi Ramadhan, Sabtu (7/8/2022).

Bukan tanpa alasan Krontjong Toegoe melintasi dunia pendidikan untuk melestarikan musik kroncong.

Dari kacamata mereka, pengenalan sedari dini terhadap musik keroncong dapat membawa efek yang sangat besar dalam menciptakan kecintaan,  pada pribadi seseorang.

Oleh sebab itulah dunia pendidikan menjadi salah satu media bagi Krontjong Toegoe, untuk melestarikan dan mewarisi tekad tanggung jawab, terhadap indahnya musik kroncong.

“Jadi ketika mereka diperkenalkan dari awal, ini lebih mudah. Setelah itu mereka lihat, ajari dong main kroncong. Nah, itu kan mereka sudah punya tanggung jawab (untuk melestarikan kroncong), dan akan lebih bertanggung jawab jika mereka meminta sendiri,” ujar Arthur James Michiels, Sabtu (7/8/2022).

Baca Juga: Rangkaian HUT ke-50, Karyawan Radio Sonora Ziarah dan Tabur Bunga ke Makam Pendiri Kompas

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm