Pontianak, Sonora.ID - Masyarakat Tionghoa di Kota Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat melaksanakan ritual membakar Replika Kapal Wangkang serta Sembahyang Rebut, di komplek pemakaman Yayasan Bhakti Suci, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Jumat (12/8).
Ritual ini sebagai penutup pelaksanaan Sembahyang Kubur masyarakat Tionghoa. Sebelum memulai pembakaran Replika Kapal Wangkang, terlebih dahulu melakukan Sembahyang Rebut.
Masyarakat terlihat antusias dalam mengikuti Sembahyang Rebut. Warga saling berlomba untuk mendapatkan hasil panen, seperti kelapa, semangka, tebu, nanas, singkong, dan sebagainya. Setelahnya, barulah pembakaran Replika Kapal Wangkang dimulai.
Saat proses pembakaran, petugas pemadam kebakaran bersiaga dengan menyemprotkan air ke sekitar lokasi pembakaran kapal, agar api tidak merembet ke tempat lain.
Pelaksanaan ritual pembakaran replika Kapal Wangkang dilaksanakan pada hari ke 15 (lima belas) Sembahyang Musim Semi, pada bulan ke 7 (tujuh) penanggalan Imlek.
Baca Juga: Komanda, Upaya Edukasi dan Hilangkan Polusi Udara di TPA Batu Layang
Ketua Yayasan Bhakti Suci, Susanto Muliawan menungkapkan, ritual ini untuk mengenang arwah para leluhur.
“Jadi untuk mengenang arwah para leluhur kita melaksanakan Sembahyang Kubur, dan hari terakhir kita menyiapkan replika Kapal Wangkang dan menyiapkan rebut-rebutan, dan itu sudah tradisi masyarakat Tionghoa,” ungkapnya.
Menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa, dengan membakar Kapal Wangkang akan menghantarkan arwah para leluhur ke Nirwana (Surga).
Sementara itu, Ketua Panitia Pelaksana, Yohansia menambahkan, Replika Kapal Wangkang setiap tahunnya selalu dibuat lebih panjang dan lebar serta lebih tinggi. Hal tersebut memiliki makna agar setiap tahun kehidupan semakin lebih baik.
Selain itu, makna lainnya agar mampu membawa lebih banyak lagi roh para leluhur menuju Nirwana (Surga).
“Tiap tahun kita tambah maju dan berkembang, arwahnya juga tambah banyak jadi kita meminta doa restu untuk masyarakat agar diberikan kesehatan, kesuksesan dan keharmonisan yang labih baik,” tuturnya.
Untuk Sembahyang Rebut, Yohansia menjelaskan memiliki makna gotong royong dan saling tolong menolong serta berbagi, dimana yang mampu membantu masyarakat yang sedang membutuhkan.