Ketika pandemi Covid-19 merajalela tahun lalu di Indonesia, Jusuf Hamka bahkan mewakafkan sekitar 10 hektar tanah miliknya untuk dijadikan makam korban Covid-19.
Tak hanya itu, lelaki keturunan Tionghoa itu juga terkenal dengan misinya untuk membangun 1000 masjid di seluruh penjuru Indonesia semasa hidup.
Dengan kepribadian semulia itu, tak heran bila Tuhan memberikan Jusuf Hamka nasib yang kelewat beruntung dan harta kekayaan yang datang dengan mudahnya.
Namun, di balik sosok konglomerat yang patut dijadikan contoh itu, tak banyak orang tahu masa lalu yang pernah dijalani Jusuf Hamka.
Sebelum menapaki kesuksesan seperti sekarang, Jusuf Hamka hanyalah orang daerah yang hidup dalam keadaan tak beruntung.
Lelaki kelahiran Samarinda pada tahun 1957 itu bahkan tak lulus dari perguruan tinggi. Sehingga, dalam posisinya sebagai orang kaya kini, nama Jusuf Hamka tak tersemat gelar apapun di belakang.
Bahkan, dulu, jauh sebelum menjabat sebagai Direktur Utama PT CMNP, Jusuf Hamka sempat menjalani profesi sebagai supir traktor pembuatan jalan tol bergaji Rp 750 sebulan.
Tak hanya itu, lelaki yang menjadi anak ideologis ulama Buya Hamka itu juga sempat mengais pundi-pundi rezeki dengan berjualan es mambo.
Namun, sebagaimana teori bahwa perjuangan dan kesabaran menghadapi nasib selalu menjanjikan kita nasib terbaik, masa lalu Jusuf Hamka yang sulit itu telah mengantarnya pada kesuksesan seperti sekarang.