2. Adanya kalender masehi
Kalender masehi ini awal mulanya digunakan oleh Julius Caesar atau dikenal dengan kalender Julian.
Kalender Julian ini dihitung berdasarkan selang waktu antara musim semi dengan musim semi berikutnya di bagian bumi utara.
Selang waktu ini tepatnya 365 hari, 5 jam, 48 menit, 46 detik, hampir sama persis seperti lamanya bumi mengitari matahari.
Baca Juga: 8 Faktor Pendukung Integrasi Nasional Bangsa Indonesia, Apa Saja?
3. Perbedaan frekuensi waktu siang dan malam
Akibat revolusi bumi selanjutnya adalah perbedaan frekuensi siang dan malam antara bumi bagian selatan dan utara dengan yang terletak di garis khatulistiwa.
Pada bagian bumi tengah atau khatulistiwa ini memiliki waktu siang dan malam yang terbagi rata masing-masing 12 jam.
Sementara frekuensi waktu siang hari pada bumi bagian selatan lebih lama dibandingkan bumi bagian utara.
4. Gerak semu tahunan matahari
Gerak semu tahunan matahari adalah latar belakang dari perubahan musim dan perbedaan frekuensi siang dan malam yang ada di bumi.
Semua fenomena yang terjadi itu karena posisi matahari yang berubah-ubah setiap bulannya.
Ada beberapa istilah yang memiliki hubungan dengan gerak semu tahunan matahari meliputi deklinasi matahari, equinoxes, dan solstices.
Baca Juga: 4 Cara Menentukan Ide Pokok pada Paragraf, Cuma 4 Langkah!
5. Terbentuknya rasi bintang
Rasi bintang adalah sekelompok bintang yang membentuk pola tertentu. Akibat revolusi bumi inilah, rasi bintang pada setiap bagian bumi akan terlihat berbeda.
Bumi bagian utara hanya dapat melihat rasi bintang yang ada di utara, sebaliknya bumi bagian selatan hanya dapat melihat rasi bintang yang ada di selatan.