Sejalan dengan hal itu, lanjutnya, BI telah melakukan berbagai inisiatif sebagai implementasi 'blue print' sistem pembayaran BI di tahun 2025, dalam bentuk aksi kolaboratif dan juga inklusif dan reposisi peran BI untuk menjaga keseimbangan dan inovasi digital yang semakin berkembang dengan berbagai potensi risiko.
"Potensi digitalisasi di Jatim dapat terlihat dari pertumbuhan merchant yang terus menunjukkan tren peningkatan. Sampai saat ini terdapat 2,12 juta merchant yang sudah menggunakan QR Code Indonesian Standard (QRIS), dimana 97 persennya adalah merchant UMKM. Peningkatan penggunaan QRIS di Jatim mencapai 3,23 juta dengan nilai transaksi sebesar Rp. 530 miliar yang tumbuh secara tahunannya itu sekitar 197 persen. Selamat untuk mitra kerja perbankan dan merchant, kata Budi Hanoto, saat membuka sambutannya di TP 6 Surabaya, Kamis (25/08/2022).
"Sektor lapangan usaha dan supply side, pertumbuhan ekonomi Jatim triwulan II, industri pengolahan berkontribusi 30,31 persen. Sektor perdagangan 18,42 persen, pertanian 11,05 persen dan investasi naik 69 persen dari rata-rata nasional 34 persen. Pertumbuhan rekening pelajar tahun 2019 - 2021 naik 5 persen. Indek inklusi keuangan Jatim menjadi 90 persen. Saat ini ada 5,96 juta rekening pelajar di Jatim. Triwulan I 2022 uang yang masuk dan keluar di Jatim mencapai Rp. 7,28 Triliun," kata Adhy Karyono.
Pada saat ini menurutnya, masyarakat cenderung menyimpan uang di bank yang meningkat 4,37 persen untuk tabungan. Sementara tingkat penggunaan kartu kredit dengan ATM juga meningkat 67, 91 persen atau Rp. 246,13 Triliun.
Pada sambutan selanjutnya, Deputi Gubernur Bank Indonesia, Juda Agung turut hadir. Disampaikan bahwa BI saat ini terus menggalakkan QRIS dan BI-FAST sebagai infrastruktur Sistem Pembayaran ritel nasional yang dapat memfasilitasi pembayaran ritel secara real-time, aman, efisien setiap waktu.
"Seperti di UMKM itu (QRIS) sudah mencapai 97 persen. Selanjutnya di mall. Karena masih jarang orang gunakan QRIS di mall sehingga BI sudah menaikkan batas limit QRIS menjadi 10 juta. Kedepan ditambah feature seperti dapat digunakan ke negara lain. Thailand dan Singapura, antar negara atau cross border. Termasuk feature transfer tarik dan setor akan dilaunching pada akhir tahun," ujar Juda Agung.
Menurutnya, melalui TTS (transfer tarik dan setor) memperluas cakupan digitalisasi hingga pasar tradisional, UMKM dan mall, termasuk untuk layanan pemda, kepolisian dan parkir. Ia juga menyampaikan tentang perkembangan BI FAST saat ini.
"BI FAST, non tunai untuk pembayaran cepat digital, 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Di Amerika saja kalau kita transfer bank A ke bank B perlu waktu tiga hari dengan biaya 3,8 dolar. Dengan BI Fast, 3 detik sudah sampai. Biaya nya hanya Rp. 2.500 sekitar 15-20 sen. Saat ini transaksi BI Fast sejak di launching di akhir 2021 sudah 200 juta kali transaksi. Dulu biaya online 6.500 atau hemat 4.000 rupiah dengan efisiensi transaksi ekonomi sekitar 800 Miliar. BI saat ini sedang mengkaji uang rupiah digital (central bank digital currency) atau rupiah digital. Pada akhir atau awal tahun depan konsepnya akan kita publikasi," pungkasnya.