Palembang, Sonora.ID – Pemerintah berencana menaikkan harga BBM bersubsidi berjenis pertalite dan solar. Masalahnya kedua jenis BBM ini paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia.
Pengamat Ekonomi Sumsel Idham Cholid, S.E, M.E, kepada Sonora (26/08/2022) mengatakan dalam APBN sudah dialokasikan dana untuk BBM.
Celakanya baru setengah tahun atau sampai bulan juli subsidi sudah terpakai 90%. Artinya tinggal 10% lagi untuk sampai ke bulan desember.
“Pemerintah harus menghitung ulang berapa harga BBM pertalite dan solar yang ekonomi, yang melihat kemampuan masyarakat sementara kita baru pulih dari pandemic covid-19,” ujarnya.
Ia menilai kenaikan harga bbm sangat dilema mengingat disatu sisi pemerintah sudah kehabisan alokasi dana untuk BBM.
Disisi lain harga minyak mentah dunia lagi naik karena imbas perang Rusia-Ukraina, ditambah lagi eropa akan masuk musim dingin sehingga membutuhkan banyak energy untuk pemanas.
Baca Juga: Ada Cara Lain Membeli BBM Subsidi selain dengan Aplikasi MyPertamina
“BBM belum naik tapi barangnya sudah langka. Masyarakat ketika ada potensi mengalami kenaikan komoditi, ada beberapa orang spekulan atau menimbun. Melihat kondisi keuangan pemerintah, sepertinya harga BBM subsidi akan dinaikkan, kecuali ada kebijakan menambah alokasi subsidi. Namun harganya masih dikisaran tujuh ribu hingga sepuluh ribu,” ujarnya.
Terjadinya kenaikan suku bunga bank juga berdampak kepada beberapa hal. Akan terjadi kenaikan tingkat bunga pinjaman.
Masyarakat yang ingin berinvestasi, ingin membeli kendaraan akan mengalami kenaikan juga.
Artinya biaya untuk berbisnis meningkat sehingga harga jual akan mahal, konsumen yang akan menanggung akibatnya. Tingkat kenaikan inflasi hingga akhir juli mencapai 5%.
Ini yang terbesar selama 10 tahun kebelakang. Belum lagi akan ada natal dan tahun baru yang akan mendorong kenaikan harga-harga.
Baca Juga: Berikut Jenis Kendaraan yang Diperbolehkan Membeli BBM Bersubsidi
Inflasi disebabkan oleh beberapa factor antara lain kenaikan transportasi yang menyumbang 0,14%, kenaikan harga avtur mendorong kenaikan biaya perjalanan udara.
Sector makanan dan minuman juga mengalami kenaikan 0,31%. Hal ini karena kenaikan harga elpigi yang banyak digunakan oleh industry makanan dan minuman.
Isu kenaikan harga BBM juga menaikan harga makanan dan minuman. Perkiraan bila BBM naik maka akan menyumbang kenaikan harga makanan dan minuman lebih dari 0,64%.
“ Reaksi pasar sudah duluan sejak isu kenaikan BBM. Semakin lama pemerintah menunda maka reaksi pasar bermacam-macam. Pemerintah harus cepat mengambil keputusan meskipun tetap harus hati-hati,” ujarnya.
Baca Juga: Ada Cara Lain Membeli BBM Subsidi selain dengan Aplikasi MyPertamina