Hingga kebodohan
Menghantui
Kekayaan
Kesuburan alam tak ada arti
Karena negeri ini lebih kaya
Akan tikus-tikus yang serakah
Penjajah keadilan dan
Pejabat yang tak tahu hitam dan putih
Baca Juga: Lirik 'Puisi Hujan Bulan Juni' karya Sapardi Djoko Damono Tahun 1989
Asap yang telah merebut kebahagiaan
Asap keserakahan yang membeli kebahagiaan
Asap keserakahan yang membeli jiwa kemanusiaan
Bagaimana bisa dia tidak ku salahkan
Wahai alam…
Di mana pagimu nan indah
Di mana udara segar yang kuhirup
Di mana kesejukan daun rimbun
Di mana mereka wahai alamku…
Wahai asap keserakahan…
Kau merebut pagiku nan indah itu
Kau merebut udara segar yang kuhirup itu
Kau juga merebut kesejukan itu
Jawablah wahai asap, jawablah aku
Wahai manusia…
Memang aku mengambil pagimu nan indah itu
Aku memang merebut udara segarmu itu
Aku juga telah merebut kesejukanmu itu
Lalu, apakah ini semua salahku?
Asap keserakahan…
Kau telah merebut pagiku
Kau telah merusak udaraku
Kau juga yang telah merusak kesejukan ku
Aku harap kau segera menghentikan kriminal mu
Betapa luas terbentang
Hutanku begitu hijau
Tempat flora dan fauna
Hidup tumbuh berbahagia
Tapi kita hutanku kurang
Bahkan ada yang sudah hilang
Pohon-pohon banyak ditebang
Oleh orang yang tak sayang
Kalau hutan telah gundul
Bencana alam akan muncul
Air susah di saat kemarau
Bila hujan banjir datang
Mari jaga hutan kita
Agar jauh dari bencana
Kalau hutan lestari
Tentu bumi akan asri
Baca Juga: Fajar Merah dan Musik sebagai Bentuk Penghormatan kepada Wiji Thukul
Keemasan cahaya di cakrawala
Di ufuk barat saat hari mulai senja
Terbelalak mata saat memandangnya
Keindahan dari sang maha pencipta
Sang surya bersiap untuk tenggelam
Menjemput mesra ketenangan malam
Meneguk cahaya dalam-dalam
Menyempurnakan keindahan malam