Sonora.ID - Dalam artikel yang sudah tayang di Sonora.ID sebelumnya, teks eksplanasi adalah teks yang berisi penjelasan tentang sebuah fenomena, sehingga jenis teks yang satu ini digunakan untuk menjabarkan secara rinci sebab-akibat suatu kejadian.
Biasanya teks eksplanasi digunakan untuk menjelaskan fenomena alam, salah satunya adalah banjir.
Pada dasarnya teks eksplanasi terdiri dari 3 struktur atau bagian pembentuknya, berikut ini 3 struktur teks eksplanasi:
Agar lebih jelas, berikut ini adalah 6 contoh teks eksplanasi banjir beserta strukturnya, lengkap.
(Pernyataan umum) Banjir adalah fenomena alam yang bersumber dari curah hujan dengan intensitas tinggi dan durasi lama. Banjir dapat terjadi karena alam dan tindakan manusia. Penyebab alami banjir adalah erosi dan sedimentasi, curah hujan, pengaruh fisiografi/geofisik sungai, kapasitas sungai, drainase lahan, dan pengaruh air pasang.
(Urutan sebab akibat) Sebagai akibat perubahan tata guna lahan, terjadi erosi sehingga sedimentasi masuk ke sungai dan daya tampung sungai menjadi berkurang. Hujan yang jatuh ke tanah airnya akan menjadi aliran permukaan (run-off) di atas tanah dan sebagian meresap ke dalam tanah, yang tentunya bergantung pada kondisi tanahnya. Ketika suatu kawasan hutan diubah menjadi permukiman, hutan yang bisa menahan aliran permukaan cukup besar diganti menjadi permukiman dengan resistensi aliran permukaan kecil. Akibatnya ada aliran permukaan tanah menuju sungai dan hal ini berakibat adanya peningkatan debit aliran sungai yang besar.
(Interpretasi) Banjir memang telah menjadi salah satu bencana yang menyebabkan kerusakan besar bagi manusia. Kerusakan terbesar terjadi saat banjir tersebut terjadi di permukiman penduduk sehingga menyeret dan merusak apa saja yang dilaluinya. Oleh sebab itu, kita harus selalu waspada dan mempersiapkan diri menghadapi bencana ini.
Baca Juga: 9 Contoh Teks Eksplanasi Fenomena Alam beserta Strukturnya, Lengkap!
Banjir merendam Kecamatan Pamotan, Kabupaten Rembang pada 19 Maret 2019. Rumah dan fasilitas umum yang berada di lima desa terendam. Kelima desa tersebut, yaitu Pamotan, Sidorejo, Ringin, Tempaling, dan Mlagen. Ketinggian air sempat mencapai 80 cm. Terlihat banyak rumah terendam banjir. Begitu pula fasilitas umum, tiga bangunan madrasah, serta mushala. Di desa Sidorejo banjir merendam sawah seluas 7 hektar, sedangkan di desa Ringin sawah yang terendam mencapai 17 hektar.
(Identifikasi) Pada Minggu pagi, 23 Februari 2019, Jakarta terendam banjir. BMKG mencatat bahwa tahun 2020 cuaca lebih basah dari tahun sebelumnya.