Keesokan harinya ketika aku berangkat sekolah, aku bertemu dengan temanku di tengah jalan dan kami pun mengobrol sambil berjalan ke sekolah. Berbeda dengan diriku, temanku ini sangat pintar serta selalu mendapatkan nilai bagus. Aku pun merasakan kebahagiaan ketika berjalan dengan temanku ini, ia selalu memberikan semangat kepada diriku supaya jangan pernah menyerah untuk mendapatkan nilai bagus.
Hujan turun dengan sangat deras, sehingga membuat diriku terpaksa menunggu hujan reda. Sangat disayangkan, hujan yang aku tunggu-tunggu supaya reda tak kunjung datang. Aku tidak ingin berlama-lama di sekolah, jadi aku memberanikan diri untuk hujan-hujanan sampai rumah.
Aku berlari-lari sangat kencang supaya diriku tidak terlalu lama terkena hujan. Hingga pada saat aku berlari aku terpeleset oleh sebuah penghapus kecil. Aku pun bingung mengapa ada sebuah penghapus kecil yang tergeletak di tengah jalan. Anehnya lagi, penghapus itu tidak segera aku tinggal malah aku bawa pulang. Aku dan penghapus itu seperti ada sebuah kemistri.
Sesampainya di rumah, ibu langsung menyiapkan baju baru untuk diriku dan segera menyuruhku untuk mandai. Setelah selesai mandi aku mulai mengerjakan PR di kamar dan sambil bergumam, “aneh penghapus ini malah aku bawa pulang”. Tak disangka-sangak penghapus itu menjawab, “aku bisa membantumu untuk mendapatkan nilai bagus”. Aku terkejut mendengar jawaban dari penghapus itu.
Keanehan kalau penghapus itu bisa berbicara dan rasa penasaranku yang tinggi membuat diriku memberanikan diri untuk membuktikan apa yang dikatakan oleh penghapus itu. Kebetulan sekali bahwa hari ini sedang ada ujian matematika.
Setiap pertanyaan yang muncul, aku cermati dengan teliti supaya tidak salah menjawab. Lagi dan lagi aku terkejut karena penghapus itu bergerak sendiri dan bergerak ke arah jawaban yang telah aku tulis. Aku pun berkata di dalam hati, “benar-benar penghapus ajaib”. Tiba-tiba jawaban yang aku tulis dihapus oleh penghapus itu.
Penghapus itu selalu mengganti jawabanku yang salah. Hingga pada akhirnya hal yang selalu ku harapkan terwujud. Aku pun selalu membawa penghapus itu saat berangkat ke sekolah.
Hingga pada suatu hari aku menyimpan penghapus itu di dalam kantong seragam sekolah. Aku pulang dengan rasa bahagia karena mendapatkan nilai bagus. Tiba-tiba hujan turun dengan sangat lebat, karena aku lupa membawa jas hujan, aku berlari sekencang-kencangnya agar cepat sampai rumah.
Setelah sampai rumah dengan keadaan basah kuyup, aku langsung memegang kantong seragam. Benar saja penghapus ajaib itu hilang begitu saja seperti ditelan bumi. Aku merasa kecewa dan khawatir akan mendapatkan nilai yang kurang bagus lagi. Di balik kekecewaanku selalu terselip harapan dan doa agar penghapus ajaib kembali kepada diriku.
Baca Juga: 6 Contoh Pidato Singkat tentang Agama, Berisi Pesan dan Nasihat
3. Ramalan Bintang
Hazel sedang memainkan piano miliknya sambil sesekali meneguk jus blueberry dan memakan fettucini carbonara yang ia beli tadi pagi. Sekarang sudah menjelang sore, Hazel belum beranjak dari piano. Padahal, mamanya sudah memanggilnya dari tadi tapi Hazel diam tak menghiraukan.
Kali ini, ke 1000 kalinya mama meneriaki Hazel.
“Hazel, ayo ikut mama ke tempat MbokoZevo. Mau melihat bola kristalnya yang baru”
“Ya sudah, Hazel ikut”
Hazel dan mamanya sudah sampai di rumah MbokoZevo.
“Tumbenan kau dan kau ke sini?” secara antusias MbokoZevo menyambut dengan ramah.
“Kami ingin melihat ramalan bintang dari bola kristal berwarna biru laut untuk memastikan besok bukan hari sial bagi putriku karena besok ia akan mengadakan acara sesembahan dan tolong carikan tanggal ulang tahunnya. Tanggal 12 Enorologi”
“Baik ku ambilkan sebuah bola kristal itu agar besok kau dan anakmu tidak terkena sial oleh Frozcie”
“Ikuti ucapanku Hazel. BombazoBazaokaPetorinjusBlak!”