Di dalam angkringan itu, memang betul kulihat banyak orang sedang duduk berkumpul. Namun, orang-orang itu lebih dari apa yang kukira selama ini sebagai orang asing: wajah mereka tampak pucat dengan baju yang hampir seluruhnya putih.
Melihat pemandangan mengerikan itu, kuurungkan niatku membeli segelas kopi. Sambil tertatih-tatih, aku berlari menuju rumah kyai tempatku mengaji, berniat menceritakan apa yang baru kulihat di sana.
***
“Apa yang baru saja kamu lihat itu mayat semua.” Kata kyai itu.
“Maksudnya, Kyai?”
“Tempat warung angkringan itu didirikan adalah bekas kuburan. Para pembeli yang biasa kamu lihat adalah mayat.”
Mendengar penjelasan kyai, aku tak percaya dengan apa yang baru saja kulihat. Kusimpulkan, kemampuan ekonomi lumayan mencolok yang didapat Pak Sandi selama ini ialah hasil dari pesugihan. Dari mayat-mayat yang rajin mendatangi angkringan itu, Pak Sandi menghidupi dirinya dan keluarga.
Betapa mengerikannya.
Nb: Tulisan ini hanya fiksi belaka. Segala kesamaan dalam hal nama, tempat, atau kejadian merupakan kebetulan.
Baca Juga: Sampai Dikira Tetangga Pakai Pesugihan, 3 Shio Ini Dahulu Hidup Susah Lalu Bangkit Jadi Sultan