"Dulu sempat dengar dicanangkan di pasar Teluk Dalam, Pandu dan Pekauman. Nyatanya tidak berjalan, karena tidak punya konsep. Padahal sudah di backup oleh Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik. Tapi sepertinya Pemko tidak bergairah untuk itu. Maaf saja," tegasnya lagi.
"Coba saja lihat ke pasar-pasar yang katanya jadi percontohan. Nyatanya tetap saja transaksi masih menggunakan kantong plastik. Artinya memang tidak ada keseriusan, sehingga tidak punya konsep yang jelas seperti apa," tambah Hamdi.
Ia mengaku, telah memberikan masukan kepada Pemko Banjarmasin untuk menangani persoalan sampah plastik di pasar tradisional.
"Satu pasar saja. Tapi fokus dan dengan konsep yang jelas. Mulai dari sosialisasi, caranya dan uji coba. Lalu langkah-langkah sebelumnya mengidentifikasi mana bak basah dan kelontongan. Ini sebenarnya warning bagi Pemko sebagai pemangku kebijakan," pungkasnya.
Meski demikian, Ia juga mengharapkan peran dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah lain dalam penanganan sungai yang tercemar mikroplastik itu.
"Secara nasional juga harus ada program untuk mengurangi kemasan-kemasan dari plastik. Artinya ada upaya dari hulu nya dan tanggung jawab produsen yang menggunakan kantong plastik terhadap sampah nya. Seperti produk Unilever, Indofood, Wings dan lain-lain," harapnya.
"Jadi penanganannya harus menyeluruh (secara holistik). Kemudian penanganannya tidak parsial dan hanya satu atau dua Pemerintah daerah saja. Apalagi kalau cuma Banjarmasin semakin tidak bermakna," tutup Hamdi.
Baca Juga: Kurban Asyik Tanpa Kantong Plastik, Ribuan Bakul Purun Dibagikan