Ket foto 3 : Ilustrasi Presiden Joko Widodo mencoba mengendarai motor listrik buatan dalam negeri Gesits - Siap Beralih ke Motor Listrik, Respon Pejabat Pemprov dan Warga Bali Soal Kenaikan Harga BBM (
)
Denpasar, Sonora.ID - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) mendapatkan respon oleh jajaran Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali, dalam hal ini Dinas Perhubungan (Dishub) menggelar rapat koordinasi dengan Dishub kabupaten/kota dan stakeholder terkait lainnya.
"Kami sekarang masih dalam proses, masih hitung-hitungan, masih koordinasi terkait tindakan selanjutnya yang dapat dilakukan. Kami juga sedang mengindentifikasi dan merancang upaya atas kebijakan Mendagri dan Menkeu," ungkap Kepala Dinas perhubungan (Dishub) Bali, I Gde Wayan Samsi Gunarta, Rabu (07/9/2022)
Lebih lanjut, Samsi Gunarta menyampaikan bahwa Stakeholder yang dilibatkan diantaranya Organda, Pawiba, koperasi naungan Dishub, dan stakeholder lain yang terdampak akibat naiknya harga BBM.
Keterlibatan stakeholder ini, untuk mempermudah Dishub mengindetifikasi kebutuhan para stakeholder dengan tepat.
Selain itu, Ia mengatakan bahwa upaya penanggulangan dampak kenaikan harga BBM dapat diupayakan secepatnya.
"Pada tanggal 14 September, saya pastikan semua sudah selesai termasuk pengajuan kabupaten/kota ke Provinsi. Semoga 16 September rancangan sudah bisa diajukan ke Jakarta (pusat)," ujar Samsi Gunarta.
Terkait dengan kenaikan harga BBM, kata Samsi Gunarta, masyarakat perlu untuk menyiapkan diri beralih menggunakan angkutan umum dan kendaraan listrik.
Ia menyebut masyarakat dapat dengan mudah mencari kendaraan listrik yang dijual di Bali.
Sementara itu, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Energi Sumber Daya Mineral Provinsi Bali, Drs Ida Bagus Ngurah Arda, M.Si menyampaikan setelah kenaikan harga BBM, kendaraan listrik dipercaya dapat menggantikan atau menjadi alternatif kendaraan bahan bakar minyak atau konvensional.
"Bisa jadi (alternatif) karena kalau kita lihat harga jual motor listrik terhadap konvensional tidak begitu jauh sebab kita lihat di pasaran sudah ada kendaraan listrik yang bisa dibeli dengan harga Rp 20 juta. Bahkan di atas itu juga ada. Jadi untuk mendukung udara yang bersih dalam rangka penurunan karbondioksida, alangkah baiknya menggunakan kendaraan listrik," ujarnya.
Arda mengatakan kendaraan listrik memiliki beberapa keunggulan. Diantaranya karena tidak menggunakan BBM sehingga tidak mencemarkan udara bersih.
Kemudian biaya pemakaian lebih murah. Bahkan ada yang mengatakan kendaraan listrik jauh lebih murah yakni berbanding 1:3 dengan kendaraan konvensional.
"Jadi sepertiga lebih murah dan ringan. Tentunya ini perlu kajian yang memang dilakukan oleh lembaga ilmiah. Ini kan baru penafsiran-penafsiran saja. Yang jelas memang lebih murah. Kelebihan lainnya, biaya servis kita kan tahu, komponen kendaraan listrik lebih sederhana," terangnya.
Di sisi lain, belakangan ini keberadaan showroom kendaraan listrik bertambah, khususnya di kabupaten/kota di Bali.
Masyarakat memang cenderung perlu perhitungan, misalkan ingin membeli motor listrik harus mengetahui keringanannya apa.
Selain udara bersih biaya pemeliharaannya rendah kendaraan listrik ini juga dikatakan biaya pajaknya lebih rendah dibanding motor konvensional.
"Masyarakat saya rasa sudah ke arah sana (menggunakan kendaraan listrik) sudah ada perkumpulan motor listrik, perkumpulan konversi motor konvensional ke motor listrik di Bali sudah ada. Di Bali sudah banyak motor konvensional umur 10 tahunan diubah menjadi motor listrik," imbuhnya.
Dengan kenaikan harga BBM, ada masyarakat Bali yang mengaku keberatan.
Namun mulai memikirkan untuk beralih menggunakan motor listrik karena belum mengetahui sampai kapan harga BBM akan terus mengalami kenaikan.
Kadek Juliarta yang bekerja sebagai karyawan swasta di Nusa Dua mengaku sangat keberatan dengan keputusan kenaikan harga BBM, tetapi ia harus menerimanya, mau tidak mau.
"Saya kan kantornya jauh dari rumah. Jadi saya tetap menggunakan motor konvensional. Sebelum naiknya harga BBM, motor saya kan NMax itu sudah pakai pertamax. Sekarang naik jadi Rp 14.500 ya agak berat sih ya. Biasanya saya isi Rp 50 ribu sudah full, tapi sekarang enggak. Kalau ditanya ada niatan untuk beralih ke motor listrik, sih sepertinya belum, karena takut tidak nyampai saja dengan jarak tempuh yang sudah ditetapkan. Apalagi saya PP Denpasar-Nusa Dua," ujar Kadek.
Berbeda dengan Kadek, Kristina yang merupakan pegawai toko di kawasan Panjer mengatakan, ia mulai berpikir terkait adanya kendaraan listrik, khususnya motor listrik.
"Sepertinya kalau masih kota ke kota, pakai motor listrik worth it lah ya, apalagi sudah tersedia SPKLU di berbagai titik, tapi ya gitu untuk mengantisipasinya memang harus bawa baterai cadangan sih," ucap Kristina.
Selain itu, Kristina mengatakan mendapatkan informasi terkait motor listrik melalui internet.
Dan ia mengaku tertarik untuk membelinya untuk stock cadangan kendaraan di rumahnya.