Rencana itu ialah kejahatan paling parah yang tak mungkin dilakukan seorang ayah kepada anak perempuannya yang cantik: menjadikannya tumbal. Cara itu dilakukan Pak Broto guna memuluskan ambisinya menjadi bupati.
Maka dalam keadaan sangat bersemangat dan seperti sedang kesetanan, suatu malam, Pak Broto memaksa Sinta untuk ikut dengannya menaiki mobil. Seluruh anggota keluarganya saat itu telah terlelap. Adapun Sinta tak mengetahui tujuan ayahnya mengajaknya pergi berdua tengah malam. Ia hanya ketakutan sambil terus bertanya-tanya.
“Sekarang, kamu harus menuruti apa kata ayah,” kata Pak Broto.
Tak jauh dari keluarga Pak Broto tinggal, terdapat sebuah bukit tempat orang-orang membunuh tumbal pesugihan yang kebanyakan perempuan. Pesugihan itu dilakukan untuk memperoleh ketenaran, kekuasaan, juga pangkat.
Anehnya, sebelum membunuh perempuan-perempuan itu, para pelaku pesugihan diharuskan menyetubuhi mereka. Di titik ini, entah karena kesetanan atau apa, Pak Broto adalah salah satu orang yang hendak melakukannya. Disetirnya mobil menuju bukit itu dalam ambisinya yang mirip dengan iblis pada suatu tengah malam.
Namun, niatan itu mengantarkan Pak Broto pada hal lain. Hanya berjarak tiga ratus meter dari puncak bukit, mesin mobilnya mengalami kerusakan. Ia, dengan keberuntungannya, menjatuhkan dirinya ke jurang lantaran mobilnya tak kuat menanjak.
Sebelum berhasil melakukan niatnya yang keji, Pak Broto mati di dasar jurang, masih di dalam mobil. Sementara Sinta, dengan keadaan setengah sadar, berusaha keluar dari mobil itu dan berteriak meminta tolong. Ia memandang wajah ayahnya, mati berlumuran berlumuran darah.
Sambil menangis tersedu, perempuan itu meninggalkan ayahnya. Ia paham bahwa harapan dan ambisi berlebih hanya akan membawa celaka.
Nb: Tulisan ini hanyalah fiksi. Segala kesamaan nama, tempat, dan kejadian adalah kebetulan belaka.
Baca Juga: Ngeri! Ini Kisah Bangkrutnya Juragan Buah yang Selalu Panen karena Menggunakan Pesgihan