"Gudangnya digunakan untuk menahan, kalau sudah giliran dibawa ke sekitaran gudang untuk eksekusi sekaligus dikuburkan di sana," jelas Sukiman.
Kemudian, keberadaan PKI Muso diketahui oleh Tentara Siliwangi. Setelah itu, Pasukan PKI Muso melarikan diri karena diserang oleh Tentara Siliwangi. Beberapa hari kemudian, sebagian jenazah digali kembali dan dimandikan di lokasi yang saat ini berdiri Monumen 48 Hargorejo.
Saat ini, lokasi yang menjadi saksi bisu kekejaman PKI tersebut masih ada. Namun sayangnya, hanya tersisa pondasi Gudang Dinamit itu yang terbuat dari batu.
Masih banyak warga yang lalu lalang di sekitar bekas Gudang Dinamit Jepang tersebut. Sebab ada jalan setapak yang digunakan warga untuk pergi ke ladang yang berjejer dengan lokasi pembantaian itu.
"Kalau cerita orang yang lewat di sana, sering ada suara-suara. Seperti menangis atau minta tolong, banyak yang cerita begitu, tapi saya belum pernah mengalami," ujar Sukiman.
"Kalau wujud tidak ada, hanya suara-suara, namanya juga angin. Pokoknya suara orang nangis, teriak-teriak itu ada di sekitar lokasi itu," imbuh dia.
Di Dekat lokasi tersebut juga dibangun Monumen 48 Hargorejo. Di monumen tersebut terdapat dua patung yang menggambarkan kelamnya masa lalu. Tak hanya itu juga ada tiang tinggi yang bertuliskan nama-nama korban kekejaman PKI Muso disana serta patung burung garuda.
"Dulu ada orang KKN, memfoto garuda itu tapi tidak terlihat. Kalau angkernya sampai sekarang ada, ceritanya orang begitu dan sering terdengar suara-suara tadi," pungkasnya.
Baca Juga: Polda Sumsel Gelar FGD Bahas Sumur Minyak Ilegal di Sumsel