“Angka inflasi tinggi di Sintang disebabkan rendahnya produksi bahan pokok. Komponen-komponen itu datangnya dari luar Sintang, yang berarti biayanya besar atau mahal. Kemudian, jumlah pasokan komponen tidak menentu, kadang banyak kadang tidak," jelas Sutarmidji.
Hal tersebut mengakibatkan kebutuhan meningkat di waktu tertentu, namun tetap menimbulkan inflasi.
Kabupaten Sintang bukan penghasil beras, tetapi Kabupaten Melawi merupakan penghasil beras.
"Kabupaten Melawi juga harus jaga itu. Alhamdulilah, ada Gudang Bulog di sana, sehingga bisa menjadi penyeimbang harga,” imbuhnya.
Sutarmidji memprediksi angka inflasi Kalbar di akhir tahun 2022 tidak melebihi angka inflasi nasional, yakni sebesar 5%-5,2%, asalkan semua stakeholder bersinergi untuk mencegah inflasi.
"Kita masih bisa membuat deflasi di bulan Oktober 2022 atau November 2022. Tetapi, ada hari besar keagamaan di bulan Desember,” tuturnya.
Selain itu, Pemprov Kalbar akan menggelar Operasi Pasar yang dimaksudkan bisa menekan kenaikan harga komponen-komponen yang bisa memicu kenaikan inflasi.
“Bansos dan Operasi Pasar akan menjadi program tahunan Pemprov Kalbar dalam mengendalikan inflasi,” tutup Gubernur Kalbar.