Terkait standa dan mutu Pertalite dipastikan sudah sesuai dengan Keputusan Dirjen Migas Nomor 0486.K/10/DJM.S/2017 tentang Standar dan Mutu (Spesifikasi) Bahan Bakar Minyak Jenis Bensin 90 yang Dipasarkan di Dalam Negeri.
Irto menerangkan, salah satu batasan dalam spesifikasi Dirjen Migas yang menunjukkan tingkat penguapan kamar adalah parameter Reid Vapour Pressure (RVP). RVP dari Pertalite, baik saat ini maupun sebelum ada kenaikan harga, masih dalam batasan yang diizinkan.
"Saat ini hasil uji RVP dari Pertalite yang disalurkan dari Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Pertamina masih dalam batasan yang diizinkan, yaitu dalam rentang 45-69 kPa (Kilopascal)," kata dia.
Soal penguapan, dapat berubah lebih cepat jika temperatur penyimpanan meningkat. Secara spesifikasi, batasan maksimum penguapan atau yang biasa dikenal dengan istilah destilasi dari Pertalite adalah sebesar 10 persen dibatasi maksimal 74 derajat Celsius.
"Secara umum produk Pertalite ada di suhu 50 derajat Celcius," ungkap Irto.
"Artinya, pada saat tempertur 50 derajat Celsius, Pertalite sudah bisa menguap hingga 10 persen. Semakin tinggi temperatur, maka akan semakin tinggi tingkat penguapannya," jelasnya.
Baca Juga: PT Pertamina Tegaskan Kualitas (BBM) Jenis Pertalite (RON 90) Tidak Berubah
Pendapat Ahli
Dosen Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Jayan Sentanuhady memaparkan pendapatnya soal fenomena pertalite lebih boros setelah naik harga.
Jayan menyebut ada sejumlah penyebab mengapa ada masyarakat yang merasa Pertalite lebih boros daripada sebelumnya.
Misalnya apabila sebelumnya menggunakan bahan bakar Pertamax dan kemudian berganti Pertalite, maka hal ini akan terasa. Hal ini karena Pertamax memiliki nilai kalor yang lebih tinggi dibanding yang lain, selain itu ia juga memiliki nilai oktan yang juga lebih tinggi. Sehingga, jika kemudian menggunakan nilai oktan yang lebih rendah maka akan menimbulkan masalah.
“Nilai oktan yang rendah berpotensi membuat mesin auto ignition, bahkan knocking. Nah auto ignition dan knocking ini membuat tenaga mesin drop. Sehingga untuk mendapatkan power yang sama dengan power BB pertamax sangat wajar oktan yang rendah akan lebih boros,” ujarnya.
Namun ketika seseorang sebelumnya menggunakan Pertalite dan sekarang tetap memakai Pertalite, maka seharusnya tidak ada perbedaan.
“Mestinya ya sama saja kan? Kan bahan bakarnya masih sama, Pertalite dengan spesifikasi yang sama,” ucapnya.
Untuk memastikan apakah memang pengonsumsian Pertalite lebih boros atau tidak, perlu dilakukan engine test bed.
“Sebenarnya cara menguji biar valid harus dengan engine test bed di laboratorium. Kalau di jalan sering nggak valid,” ujarnya.
Adapun terkait dugaan warganet yang mengatakan Pertamina menurunkan oktan Pertalite, pihaknya menyarankan untuk berpikir positif.
“Kita positif saja terhadap produsennya,” katanya. “(Diturunkan) bisa.. diproses blending di pabrik. Cuma apa ya perusahaan besar dan terkenal melakukan kecurangan? Saya kira kok nggak ya. Reputasinya bisa habis kalau melakukan itu,” pungkasnya.