Acara yang bertajuk "Bentara untuk Indonesia" ini digelar di dua tempat sekaligus yakni Bantara Budaya Jakarta (BBJ) dan
Bentara Budaya Yogyakarta (BBY) yang digelar secara
hybrid.
"Patut disyukuri Bentara Budaya yang berdiri 26 September 1982 dapat bertahan sampai sekarang. Ke depan Bentara Budaya terus berkomitmen menjadi hub atau ruang pertemuan bagi beragam ekspresi seni budaya Nusantara. Keberagaman ini selaras dengan semangat pendirian Indonesia sebagai rumah besar bagi semua kelompok masyarakat," kata General Manager Bentara Budaya & Communication Management Kompas Gramedia, Ilham Khoiri.
Nama Bentara Budaya berarti "Utusan Budaya". Sebagai utusan budaya, lembaga kebudayaan Kompas Gramedia ini terus dijaga agar menjadi semacam "hub" atau rumah besar bagi perkembangan seni budaya nusantara yang majemuk, mencakup seni tradisi ataupun kreasi baru sesuai perkembangan zaman.
Selain itu, Ilham mengatakan, pada malam syukuran ini, Bentara Budaya juga sekaligus meluncurkan dua program baru yang lekat dengan dunia masa kini, yaitu "Podcast Bentara Budaya" dan "Laboratorium NFT Bentara Budaya".
Sementara itu, Laboratorium NFT Bentara Budaya diarahkan sebagai ruang belajar bersama bagi para seniman maupun masyarakat dalam mengembangkan kreasi seni digital.
"Berkolaborasi dengan Kognisi "task force" pendidikan inklusif di Kompas Gramedia, Bentara merilis karakter Kogi (berbentuk boneka alien yang imut dan cerdas) yang mengenakan dekorasi wayang Gatot Kaca," tuturnya.
Ilham mengatakan, proyek ini diharapkan dapat memperluas medan seni rupa di ruang-ruang baru berbasis teknologi informasi masa kini.
Sementara itu, lanjutnya, sebagai wujud apresiasi kepada para seniman yang telah berdedikasi mengembangkan budaya Nusantara, Bentara Budaya memberikan penghargaan kepada empat seniman terpilih dari berbagai daerah.
"Keempat seniman tersebut adalah Serang Dakko sang Maestro Gendang dari Gowa Sulawesi Selatan, Sahilin sang Maestro Seni Batanghari Sembilan asal Palembang Sumatera Selatan, Ong Hari Wahyu sang Pegiat Seni Organik dari Yogyakarta, dan Warsad Darya sang Pelestari Wayang Golek Cepak Indramayu Jawa Barat," ucapnya.