Solo, Sonora.ID - Ribuan pengendara rela yang biasanya melewati jembatan Mojo untuk beraktivitas, kini mereka beralih ke jembatan alternatif yang terbuat dari bambu.
Pengendara rela membayar Rp2.000 agar bisa melewati jembatan tersebut.
Pembuat jembatan yang biasanya disebut dengan jembatan sesek tersebut adalah Sugiyono alias Bagong, warga Dukuh Jetis, Desa Gadingan, Mojolaban.
Jarak jembatan sesek dengan Jembatan Mojo hanya puluhan meter. Bahkan jembatan sesek itu merupakan satu-satunya sarana yang bisa dilewati karena Jembatan Mojo ditutup.
Bahkan tak hanya imbas penutupan Jembatan Mojo, tetapi sebelumnya ada Jembatan Jurug B juga ditutup karena perbaikan.
Baca Juga: Tata Kelola Keuangan yang Akuntabel dan Transparan, Kota Solo Raih Penghargaan WTP ke-12
Karena itu, pengendara lebih memilih jembatan sesek karena jika lewat jalur lain, lebih jauh.
Menurut informasi yang didapat, antrean kendaraan dari arah Solo maupun Sukoharjo sama panjangnya bak lautan manusia.
Para Linmas juga sudah bersiaga di dua lokasi tersebut karena antrean kendaraan mencapai ribuan.
Bahkan, juga ada petugas yang menyeberangkan jika pengendaraan tidak berani melewati jembatan sesek tersebut.
Untuk antrean kendaraan dari arah Solo sendiri memanjang hingga pintu Air Demangan baru.
Seorang warga, yakni Budi yang hendak pulang ke rumah di Desa Sapen, Mojolaban mengaku harus bersabar, padahal biasanya dirinya melewati Jembatan Mojo.
"Ini baru pertama kali lewat jembatan ini, biasanya lewat jembatan Mojo," kata Budi.
Dia mengatakan jika harus menunggu lebih dari 30 menit untuk bisa melewati jembatan sesek.
"Biasanya jam 16.30 WIB sudah di rumah, ini masih di jalan," katanya.
Ima salah satu warga Bekonang, Sukoharjo yang bekerja di Kota Solo juga mengungkapkan hal yang serupa.
Baca Juga: Kombes Pol Iwan Saktiadi, Calon Kapolresta Surakarta yang Berpengalaman di Bidang Lantas
Dirinya mengaku baru kali ini melintasi jembatan sesek. Dia pun rela membayar Rp 2 ribu demi bisa melewati jembatan itu. Ima biasanya melintasi Jembatan Mojo untuk akses perjalanan pulang pergi.
"Biasanya lewat Mojo, ini baru pertama kali," ungkapnya.
Dia mengaku takut melintasi jembatan yang terbuat dari bambu saja. Namun, ia tak mempunyai pilihan lain jika ingin cepat pulang ke rumah.
"Takut ya ada, besok melewati sini lagi atau tidak ya belum tahu," ungkapnya.
"Kalau mau muter harus lewat Telukan, jalannya jadi sangat jauh," lanjutnya.