Sukitman merupakan pria kelahiran Pelabuhan Ratu, Jawa Barat, 30 Maret 1943. Usai lulus dari Sekolah Rakjat, ia bertekad mewujudkan cita-citanya menjadi seorang polisi.
Pada 30 September 1965 malam, Sukitman tengah menjalankan tugasnya menjaga markas Seksi Vm Kebayoran Baru, Wisma AURI di Jalan Iskandarsyah, Jakarta.
Anggota polisi berpangkat Agen Polisi Dua itu bersiaga melewati malam bersama dengan Sutarso, rekannya di kepolisian.
Usai memasuki pukul 03:00 WIB dini hari tanggal 1 Oktober 1965, Sukitman mendengar suara rentetan tembakan yang terdengar tak jauh dari pos jaga.
Mendengar suara tembakan tersebut, ia pun bergegas menuju lokasi titik penembakan.
Belum sampai tujuan, ia dihadang oleh sekelompok pasukan bersenjata. Ia pun diminta untuk melemparkan senjata dan mengangkat tangannya.
Baca Juga: Naskah Ikrar Hari Kesaktian Pancasila yang Dibacakan Setiap 1 Oktober
Pasukan bersenjata tersebut kemudian menutup mata Sukitman dan mengikat kedua tangannya. Ia lalu dibawa ke lubang buaya menggunakan sebuah mobil bersama dengan jenazah Brigjen D.I Panjaitan.
Sesampainya di lubang buaya, Sukitman mendengar salah seorang dari pasukan bersenjata telah menewaskan Jenderal Ahmad Yani. ia juga mendengar penyiksaan yang diterima para korban penculikan hingga akhirnya dimasukkan ke dalam sumur sambil diberondong peluru senjata api.
Truk pembawa Sukitman akhirnya berhenti. Dia dipaksa turun oleh si tentara. Penutup matanya langsung dibuka. Di sebuah ruangan terang dipakirkan.