Solo-Sonora.ID Acara Solo Batik Fashion saat ini masih berlangsung di Pendhapi Gedhe Balaikota dan Paragon Lifestyle Mall sampai tanggal 5 Oktober kedepan. Pada Solo Batik Fashion (SBF) kali ini menghadirkan karya-karya batik terbaik dari desainer dalam dan juga desainer dari luar negeri.

Karya-karya yang ditampilkan dalam SBF kali ini mengangkat Culture Unity dan cerita tentang batik 3 Negeri yang memiliki pewarnaan dari tiga kota, yakni merah yang merupakan celupan dari Lasem, biru yang merupakan celupan Pekalongan, dan coklat yang merupakan celupan Solo.

Sampai hari ketiga ini, sudah ditampilkan 62 pertunjukan peragaan busana. Kemarin pada Senin (03/10/2022) Di Pendhapi Pasar Gedhe Surakarta menampilkan karya dari desainer yang berasal dari Belanda yakni Galiel Batika yang kemudian dilanjutkan menampilkan karya Riko Parmansyah X Dame Ulos Kota Sibol, Hetty Riskya, Nitsya Ernita Syamsul, Tiarahamas, Wiwin Andi, Titi Meinawati, Ryana Kusuma, Joko Widiarto, Owens Joe X Batik Kembar, Owens Joe X Nila Kemilau, Owens Joe X Adibusana.

Sementara untuk SBF di Paragraf Lifestyle Mall menampilkan karya batik dari beberapa desainer antara lain dari Jelita Batik yang mengusung konsep Beauty Of Java khususnya kain sogan dan kain tenun khas kota Jepara, dan juga Lurik dari Klaten yang dipadukan supaya terlihat casual dan unik.

Kemudian Batik Tuan dengan menghadirkan batik sogan yang berbeda dengan konsep yang lebih casual dengan sogan, dan dirinya mengaku pertama kalinya mengikuti SBF dan berharap melalui Batik Tuan ini anak muda dapat mencintai batik.

Baca Juga: 22 Contoh Gambar Batik yang Mudah Ditiru untuk Tugas Sekolah

Erwin Novia menampilkan karya dengan konsep Ready to Wear yang bisa digunakan untuk hangout dan untuk kegiatan keseharian.

Lalu Davlen Batik mengusung tema Moving On yang memiliki arti untuk membawa citra batik yang dulu digunakan untuk pakaian resmi namun sekarang dapat digunakan untuk outfit sehari hari yang dipadukan dengan bahan denim dan katun.

Kemudian dari Dona Batik mengusung tema Abdidaya yang artinya kemakmuran dan mengusung konsep Ready to Wear atau siap pakai.

Kemudian Owastra yang menyajikan baju-baju yang artistik dan etnik dengan menggunakan kain batik dan tenun nusantara, untuk baju yang dibuat ini memiliki desain unik dan berbeda dari desain yang lain karena kain tenun yang dipakai tidak dipotong sama sekali.

Kemudian Juga hadir Retno Hapsari, Almira, Owastra, Batik Sekar Tandjung, dan Mega Arum Collection.

“Bulan oktober adalah bulannya para pemuda. Koleksi batik kali ini akan ditujukan untuk para pemuda sehingga menggunakan warna merah jadi saya padukan dengan batik lokal Semarang” Ungkap Aldion Soeprijiono, desainer asal semarang pada press conference di Pendhapi Gedhe Surakarta.

Acara ini masih akan berlangsung selama 2 hari kedepan di tempat yang sama. Untuk itu, pihak penyelenggara ingin mengajak masyarakat kota Surakarta dan sekitarnya untuk tetap menyaksikan pagelaran busana batik dalam rangka menciptakan tren baru 2023 dan menjadikan batik bukan hanya jadi fashion untuk acara tertentu yang digunakan oleh usia tertentu.

Namun juga dapat digunakan dari usia muda sampai tua dengan kegiatan apapun.