"Beras, daging ayam, jagung, cabai rawit, cabai merah, hingga bawang merah, ada pada kondisi surplus di mana ketersediaannya lebih besar dari pada kebutuhan," katanya.
Sementara gula pasir, daging sapi, dan minyak sayur, juga pada kondisi aman dengan jumlah ketersediaan yang lebih banyak dari pada kebutuhan masyarakat.
Menurutnya, ketahanan pangan di Jabar juga dipengaruhi sejumlah faktor seperti kondisi lahan dan topografi. Namun, Setiawan mengakui terdapat tantangan apalagi saat ini lahan pertanian berebut dengan pesatnya perkembangan industri dan perumahan.
Kondisi ini ditambah mayoritas kepemilikan lahan dan ternak yang rendah. Sehingga pengembangan area budidaya menjadi terbatas.
Tema lainnya yang dibahas Setiawan pada helatan WJIS 2022, yakni terkait energi baru dan terbarukan (EBT). Setiawan Wangsaatmaja menuturkan porsi energi baru terbarukan di Jabar.
Total porsi energi di Jabar yakni 25,87 million tonne of oil equivalent (MTOE), dengan komposisi minyak 39,6% atau 7,93 MTOE, gas 25,8% 6,68 MTOE, batu bara 20,1% setara 5,21 MTOE, dan energi baru dan terbarukan sebanyak 23,4% atau sama dengan 6,06 MTOE.
Baca Juga: Apindo Jabar Dukung Proyek Investasi di WJIS 20022
Setiawan juga menuturkan potensi energi baru dan terbarukan di Jabar, di antaranya tenaga angin 12.727 MW, tenaga air 3.508 MW, tenaga matahari 156.63 GWP, city waste biomass 470.82 MWE, industrial waste biomass 167.5 MWE, dan geothermal 5.956,80 MW.
"Jawa Barat punya banyak gunung, tidak cuma gunung tapi juga laut, juga yang lainnya, Jabar memang lengkap," katanya.
Setiawan merinci, di Jabar setidaknya sudah terdapat sekitar 72 micro hydro power plant, 144 solar power plant, sembilan geothermal power plant, dan 39 mini hydro power plant.
Menurutnya, Jabar juga berkomitmen fokus terhadap transisi energi untuk mengantisipasi terjadinya krisis energi. Misalnya dengan gencar menggunakan dan menyosialisasikan penggunaan kendaraan listrik.
Pengaplikasian panel surya di atap bangunan, penggunaan generator listrik di sektor perusahaan, dan tak boleh ketinggalan yakni peningkatan kapasitas sumber daya manusianya.
"Kondisi- kondisi pada sektor ketahanan pangan maupun energi baru terbarukan, merupakan potensi yang dapat menjadi gambaran untuk para investor berinvestasi di Jabar pada tema green investment atau investasi hijau," pungkas Setiawan.