Makan berlebih adalah respon dari ketegangan emosional tidak spesifik yang tidak dapat ditoleransi pada situasi tertentu.
Seseorang yang menderita obesitas memiliki rasa lapar yang tidak tertahankan, ditandai dengan adanya dorongan untuk makan. Hal itu dilakukan untuk menghindari kondisi yang dikhawatirkan.
Kondisi stres akan memengaruhi perilaku makan, yakni pada konsumsi berlebih dan berkontribusi terhadap obesitas.
Orang-orang dengan karakteristik tertentu saat berada dalam kondisi stres akan mengkonsumsi makanan lebih banyak dan mengalami peningkatan total konsumsi makan.
Dilansir dari Kompas.com, pakar pengobatan internal Sarah Jackson telah membuktikan adanya peningkatan risiko obesitas karena stres berlebih.
Hasil riset menyatakan bahwa seseorang yang mempunyai lingkar pinggang dan IMT (Indeks Massa Tubuh) yang tinggi cenderung memiliki kadar kortisol yang tinggi di tubuhnya.
Baca Juga: Kemenkes Sebut Kurang Aktivitas Fisik dan Kebiasaan Merokok Jadi Faktor Risiko Penyakit Jantung
Kortisol merupakan hormon steroid yang diproduksi oleh kolesterol di dalam dua kelenjar adrenal yang terdapat pada tiap ginjal manusia. Hormon inilah yang muncul ketika seseorang stres.
Produksi hormon kortisol yang berlebih akan menyebabkan stimulasi nafsu makan secara signifikan.
Itulah mengapa jika kebanyakan orang yang mengalami stres akan cenderung memiliki nafsu makan yang tinggi atau Behaviour Eating Disorder. Hal ini akan menimbulkan penumpukan lemak tubuh, terutama di bagian perut.