Makassar, Sonora.ID - Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi dengan pemerintah daerah dan stakeholders terkait.
Hal itu dalam rangka menjaga stabilitas inflasi di Sulawesi Selatan pada tahun 2022 melalui peran Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).
Kepala perwakilan BI Sulsel, Causa Iman Karana memaparkan, sejumlah langkah pengendalian melalui kegiatan pasar murah, operasi pasar dan pemantauan harga.
Tujuannya, menjaga ketersediaan pasokan dan keterjangkauan harga komoditas di pasar. Selain itu, mewaspadai risiko tekanan harga akibat gangguan rantai pasok global.
"Ini terus kita lakukan dan akan terus diwaspadai oleh TPID Sulawesi Selatan," ujar Causa dalam keterangan resmi yang diterima.
Baca Juga: BI Sulsel Layani Penukaran Uang Panaik Warga, Rusak Karena Musibah Kebakaran
Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya melaporkan, Sulsel mengalami inflasi sebesar 1,12 persen pada September 2022.
Angka ini lebih rendah dibandingkan nasional yang tercatat mengalami inflasi sebesar 1,17 persen (mtm).
Secara spasial, dari 5 kota IHK (Bulukumba, Makassar, Palopo, Pare-pare, dan Watampone) di Sulawesi Selatan, Kota Palopo merupakan daerah yang mengalami inflasi bulanan tertinggi sebesar 1,74 persen, sedangkan inflasi bulanan terendah dialami oleh Kota Watampone sebesar 0,92 persen.
Secara tahun kalender, inflasi Sulawesi Selatan tercatat sebesar 4,95 persen, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,79 persen. Sementara itu, inflasi tahunan Sulawesi Selata tercatat sebesar 6,35 persen.
Inflasi Bulanan di Sulawesi Selatan pada September 2022 terutama disumbang oleh Kelompok Transportasi dan Kelompok Pendidikan dengan andil inflasi masing-masing sebesar 1,15 persen dan 0,06 persen.
Baca Juga: Kendalikan Inflasi, Wakil Walikota Minta TPID Pantau Stok dan Harga Sembako
Inflasi Kelompok Transportasi sebesar 9,85 persen dipengaruhi oleh kebijakan pengalihan subsidi BBM yang berdampak pada kenaikan tarif angkutan dalam kota, kendaraan roda 2 dan roda 4 online. Inflasi pada Kelompok Pendidikan sebesar 1,62 persen disebabkan oleh meningkatnya biaya perguruan tinggi.
Sementara itu, inflasi lebih dalam tertahan oleh deflasi pada Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau dengan andil sebesar mines 0,19 persen
Deflasi pada Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau sebesar mines 0,63 persen dipengaruhi oleh penurunan harga beberapa komoditas pangan, di antaranya bawang merah, tomat, minyak goreng, ikan layang, dan cabai rawit.