Sebelum masing-masing kegiata dilaksanakan acara ini dibuka dengan Ekaristi. Secara simbolis secara simbolik Rm VIKEP Kevikepan Yogyakarta Barat membuka kegiatan Tarcisius Cup I dengan memukul gong tujuh (7) kali.
Angka tujuh dipilih bermakna sempurna menurut Kitab Suci. Tetapi juga angka tujuh menunjuk pada pitulungan menurut filosofi orang Jawa, karena angka tujuh dalam bahasa Jawa adalah pitu.
Rm Alfonsus Rodrigues Yudono Suwondo, Pr VIKEP Kevikepan Yogyakarta Barat, mengatakan jika event serupa sengaja banyak didorong terjadi di Kevikepan Yogyakarta Barat usai Pandemi Covid-19 memberi banyak pembatasan. Harapannya adalah gereja mulai menggeliat untuk mencipta perjumpaan dan membagi semangat dalam pelayanan dan kasih.
“Saya berharap dengan kegiatan ini anak-anak semakin kembali berkegiatan dengan penuh semangat untuk belajar dan menumbuhkan iman yang kuat dan berbuah seperti tema Tarcisius Cup tahun ini Mari Hidup Berbenah, Berubah, dan Berbuah dalam Kebersamaan (MAHIDHARA),” tambah Romo Wondo.
Sementara itu Rm G. Prima Dedy Saputro, Pr (Ketua Komisi Liturgi) membawa para peserta masuk dalam semedi mengenang St Tarcisius. Dia adalah sosok seorang remaja yang membawa Tubuh Kristus dari Roma ke Penjara, yang wafat dalam perjalanannya karena dilempari batu.
Citra dan Arum mewakili Orang Muda Katolik yang menjadi Panitia Pelaksana kegiatan Tarcisius Cup I dari Paroki Santa Assumpta Pakem ini menyatakan puas.
Kegiatan berjalan lancar kendati persiapan yang dilakukan ada dalam banyak keterbatasan. Hal itu bertambah ketika melihat para peserta tampak menikmati rencana kegiatan yang disusun.
Harapan dari kegiatan ini adalah seusai acara, diharapkan para peserta bisa membawa oleh-oleh dan membingkai semangat untuk berbenah, berubah, dan berbuah di dalam persaudaraan seperti tema yang diangkat dalam kegiatan Tarcisius Cup ini MAHIDHARA.
"Semoga dengan kegiatan ini terbangun insan manusia yang selalu ingin membenahi diri untuk menjadi lebih baik, dan menebarkan kebaikan bagi banyak orang. Sebab tiada harapan lain dari seorang manusia, kecuali adalah menjadi berguna bagi sesamanya," Pungkas Romo Banu.
Baca Juga: Semarak Gelaran Pesona Budaya Nusantara Kota Yogyakarta di TMII