“Ketika malam hujan angin orang tua bisa masuk angin dan yang menengok belum tentu juga sehat, bisa saja membawa virus. Yang utama yang kita cari adalah sehat dulu,” ungkapnya. Ia juga meminta agar masyarakat berhenti bermukim di bantaran sungai karena tentunya akan berbahaya.
Baca Juga: Pasca Diterjang Banjir Bandang, Jalur Utama Denpasar - Gilimanuk Dibuka Dengan Sistem Buka Tutup
Salah satu korban banjir, Gusti Putu Putra Yasa mengatakan bahwa sebelumnya pada akhir tahun 2018 juga telah terjadi banjir yang melanda lingkungan mereka namun banjir kali ini adalah yang terparah hingga menyebabkan rumah warga rata dengan tanah.
Ia menambahkan bahwa penyebab banjir karena masifnya alih fungsi hutan yang dilakukan oleh masyarakat. Alih-alih menjadi daerah resapan saat hujan, hutan dialih fungsikan menjadi lahan pertanian oleh masyarakat.
Disamping itu diduga juga telah terjadi penebangan hutan oleh oknum tidak bertanggung jawab karena banyak ditemukan potongan kayu dengan bekas potongan yang rapi.
Sementara itu, Bupati Jembrana, I Nengah Tamba didampingi oleh Wakil Bupati Jembrana, I Gede Ngurah Patriana Krisna mengatakan telah berkoordinasi dengan Gubernur Bali dan Pemerintah Pusat mengenai penanganan bencana di Kabupaten Jembrana.
Terkait relokasi pemukiman masyarakat yang bermukim di bibir sungai, Bupati Jembrana berjanji akan mencarikan solusi terbaik.